Morfem - Senjakala Cerita

Kupu-kupu kecil terbanglah...
Kepakkan sayapmu..

Kupu-kupu kecil terbanglah..
Dengan kawananmu..

Merajut badai..
Merajut badai..

Kupu-kupu kecil terbanglah..
Jangan takut..
Jangan lelah..

Kupu-kupu kecil terbanglah..
Meski rintang mengintai..

Merajut badai..
Merajut badai..
Merajut badai..
Merajut badai..

Hancurkan keheningan
Yang menyelimuti kesenjangan
Hancurkan keheningan
Yang menyelimuti penindasan
(2x)

Ciptakan bumi baru
Ciptakan bumi baru
Ciptakan bumi baru 
Ciptakan bumi baru 
(2x)

Karya Visual oleh Bodhi IA

Merajut Badai

Budi hari ini sring muncul di koran pagi
Budi hari ini sring muncul di layar kaca
Budi telah jadi pejabat tinggi negri ini
Budi komentari segala macam hal

Dapur kami belum lagi mengepul, Budi bilang gedung dan jalan-jalan mesti dibangun
Tubuh ini belum sempat rebah, Budi sudah pulas terlelap di kursi sidang 
Keringat kami belum pula menguap, dan Budi keliling dunia tuk belajar macam hal yang tak bisa berubah jadi nasi di meja kami, kecerdasan di otak kami, kebugaran di tubuh kami, atap di atas kepala kami

Budi membuat kebenaran tertawa
Bersama kami
Budi menggelitik keadilan hingga terbahak-bahak bersama kami

Aaa... Hahaha a.... 
Aaa... Hahaha a.... 
Aaa... Hahaha a.... a... a... a... a... a... a...

Sandang, pangan, dan rumah kami tak lebih dari grafik di meja kerjamu
Gedung sekolah kami yang ambruk, hanyalah dongeng pengantar tidurmu
Sakit tak sembuh di badan kami adalah iklan di televisimu
Kini kamu tuduh kami sebagai biang kemiskinan dan kebodohan negri

Dudududududu... Dudududududu.... 
Dadadadadadadadadada....

Dudududududu... Dudududududu...
Dadadadadadadadadadadadadaa....

Ooooooooo...

Dadadadadadadadaaa...

Karya Visual oleh Bodhi IA

Budi

Pekerja

Pagi siang hingga malam 
Terjadi begitu cepat
Panas hujan tak terelak
Pekerja tetap harus bergerak

Kerja
Kerja

Ketika jadi telenovela
Baru sadar waktu yang terbuang 
Kesal ku karena muak
Uang yang buatku terikat 
Waktu ingin berpesta
Heiii, Ada saja yang harus dikejar

Kerja
Kerja

Melawan percuma saja
Nasib tak pandang kawan lawan 
Ingat saja ketika susah
Dia yang menunggu di rumah

Pagi siang hingga malam 
Terjadi begitu cepat
Panas hujan tak terelak
Pekerja tetap harus bergerak

Kerja
Kerja

Tonton video liriknya di sini: https://www.youtube.com/watch?v=XZmAgkVXeO0

E.P 2016

Pekerja

Single kedua Umar Haen, turut dirilis dalam kompilasi Warningmagz vol.1 2017

Kisah Kampungku

Kepada Era

"Kamisan"
Senartogok
Single
Diskobibliografi (2006-2017)
2017

Cover Oleh Farush Sobandi

Selamat Hari Kekerasan Negara Yang Ke-13

Senartogok - Kamisan

Cerita tentang sumur renteng pertama kali saya dengar sekitar tahun 2011. Menurut orang-orang yang mengisahkannya, sumur itu adalah keajaiban; muncul dari kemuskilan, menghidupkan yang dianggap mati. Sumur renteng adalah evolusi teknologi pertanian pesisir. Ia mulai diadopsi petani pesisir Kulon Progo pada medio ‘90an. Sebelum itu, petani—tak peduli seberapa luas lahannya—harus bolak-balik menggotong air dari sumur timba ke setiap sudut tanahnya. (Kebayang? Saya yakin itu pekerjaan yang amat sangat melelahkan). Hingga abad ke-21, sumur renteng telah menjadi tumpuan hidup ribuan tani yang tinggal di pesisir selatan Yogyakarta.

Namun bagi sebagian orang, sumur renteng adalah mitos. Mereka tidak percaya bahwa di pesisir berpasir yang tandus ada sumur air tawar yang sudah menghasilkan jutaan ton semangka, melon, cabe, tomat, terong, kacang panjang, padi, ... (sila teruskan daftar sayur dan buah yang kalian temui di meja makan di rumah, dan percayalah, itu semua bisa hidup di lahan yang dianggap tidak subur di Kulon Progo). 

Baca versi lengkap liner notes oleh Ferdhi F. Putra ini di sini: 37suara.net/)

__________________________
"Ode Buat Petani Lahan Pantai"

Pesisir Kulon Progo diberkahi
Air jernih mengalir di bawahnya
Menggenang dalam sumur-sumur renteng
Yang berbaris rapi di ladang

Semilir angin aroma kesuburan
Semesta damai bagi kehidupan
Emas hijau yang wajib disyukuri
Anugerah bumi yang harus lestari

Tanah pesisir ini istimewa
Tempat tanaman hasilkan buahnya
Segala makhluk tumbuh berdampingan
Petani menyirami harapan

Pesisir ini
Adalah tanah air
Adalah tanah tumpah darah

Tanah kita
Tanah kita
Tanah kita
__________________________
Lirik: Idha Saraswati dan Bagus Dwi Danto 
Aransemen: Erie Setiawan 

Musisi: 
Aner (Vokal) 
Erie (Gitar) 
Dibya (Bas) 
Wawan (Cak) 
Mbambung (Cuk) 
Bevy (Selo) 
Tunes (Biola) 
Irvan (Flute) 

Recorded Mix Mastered:
Danurseto Bramana Adhi (DS Records)

Ilustrasi : Imam Abdillah
Liner Notes: Ferdhi F. Putra

Ode Buat Petani Lahan Pantai

Hai. Lagu ini boleh dinyanyikan siapa saja yang ga suka polusi dan zat toxic sejenisnya. Nyanyikan dengan lantang dan ramai. 

chord

Do=B

B B B B7
E Em B.. B.. F#7

B B B B7
E Em B.. B7..

C#m F#7 B
G# C#m F#
D#m G#
C#m F#7 B

Do=A
A A A A7
D Dm A.. A.. E7

A A A A7
D Dm A.. A7

Bm7 E7 A
F#7 Bm7 E7
C#m7.. F#7
Bm7.. E7.. A

G - Polusi

Morfem - tidur dimanapun bermimpi kapanpun

SAMPAR - Rebut Kembali Hidup

Musik Oleh Sampar
Lirik Oleh Sampar
Gitar lainnya oleh Bagus
Rekaman, Mixing & Mastering  oleh Jimi Delvian
Cover art oleh Kolasoke

Single ini dilepas atas kerjasama Klab Pencuri Gambar & Spektakel Klab yang bertepatan dengan Pameran Tunggal Kolase KOLASOKE; yang mana juga sebagai perawalan inisiasi pengorganisiran Art Space Mandiri kawan-kawan Palembang.

SelfTitled Single

SAMPAR - Rebut Kembali Hidup

Agoni adalah sebuah band asal Yogyakarta yang beranggotakan Fafa (Vokal/Gitar), Erda (Bass/Vokal) dan Dimas (Drum/Vokal). Secara harfiah, Agony/Agonia, dapat diartikan sebagai penderitaan yang luar biasa. Meski Agoni kemudian juga memaknai nama mereka sebagai penderitaan yang luar biasa, nama Agoni muncul sebelum personilnya menelisik sumber harfiah kata itu. Nama Agoni dipilih setelah Fafa rampung membaca sebuah tulisan milik ST Sunardi yang menyinggung soal tiga fase suasana batin: Agonia, Ekstase, dan Joy. Dalam tulisan tersebut, Agonia dimaknai sebagai kegelisahan mendalam yang belum mampu terungkapkan. Merasa bahwa lagu-lagu yang lahir dari band ini banyak membicarakan soal kegelisahan yang berujung pada penderitaan tak tertahankan, kata Agoni yang berasal dari konsep agonia itu pun terpilihlah sebagai nama.

Budi

AGONI

Related tracks