Name: Rindu Hujan (1#) - Gardika Gigih by Amanda Aurora
Duration: 5 min 10 s
Description: Respon yang indah dari salah satu musisi favorit saya Gardika Gigih untuk "Hujan mampir sebentar. Sekalian mengajak rindu untuk bertamu."

Mega mendung di angkasa
Hembusan bayu dingin terasa
Gerimis berderai di merata
Bagai mutiara

Rahmat dibawa bersama
Limpahannya meresap di jiwa
Adakala bahagia terasa
Meskipun duka nestapa

Tika hujan turun
Sayup mendayu lagu keroncong
Merdu irama dialun
Bersenandung

Hujan membasahi bumi
Melahirkan keluhuran budi
Mengeratkan perpaduan suci
Kasih sayang abadi

Keroncong Hujan - OST Mukhsin (Cover by hara)

Inspired by a beautiful Kentucky morning.

Quiet Misty Morning

Dari puisi Chairil Anwar

buat: Sri Ajati
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut

Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.

Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap

 1946

Senja Di Pelabuhan Kecil (rework)

a Film by: Yosep Anggi Noen
Music Composer & Organ : Gardika Gigih Pradipta
Vocal : Leilani Hermiasih (Frau)
Cak, Cuk, & Biola : Puput Pramuditya
Lirik & Melodi Vokal : Ananda Badudu & Rara Sekar (Banda Neira)

Sound Engineer : Fahmy Arsyad Said
Recorder at : Lab Jogja Audio School (OPRC Studio)

'Tenggelam' - OST Rumah (ft. Leilani Hermiasih & Puput Pramuditya)

Respon yang indah dari salah satu musisi favorit saya Gardika Gigih untuk "Hujan mampir sebentar. Sekalian mengajak rindu untuk bertamu." 

Rindu Hujan (1#) - Gardika Gigih

Lingkaran Hidup Penulis Riwayat Hidup 

a documentary film about Peter Carey, directed by Subi (2016)

music composed, played and record by Gardika Gigih

Lingkaran Hidup Penulis Riwayat Hidup - soundtrack (documentary film directed by Subi)

Pada suatu sore, Ben cerita kalau dia baru aja tukeran email dengan salah satu dosen filsafat budaya di Unpar setelah mereka berdua terlibat dalam acara penjurian lomba foto. Kira-kira reka ulang percakapannya seperti ini:

"Alamat emailnya nih apa pak? Saya catet dulu ya." 

"Lelatunipun. Wah apa artinya nih pak?" tanya Ben.

"Oh itu artinya api-api kecil dalam bahasa Jawa, Ben."

Api api kecil. Frasa yang sangat sederhana tapi anehnya kok buatku nyentuh banget ya? Sejak pertama kali denger, aku ga bisa lupain dan terus mikirin. Aku tetiba keinget tentang kawanku Ali dari Atambua yang ingin belajar pertanian organik untuk suatu hari bisa mempraktikkan di desanya, tentang adik-adik Rumpin dan semangat belajarnya yang sebenarnya mengalahkan kakak-kakaknya, tentang seorang bapak tua yang menempuh ujian kejar paket C supaya mendapatkan pekerjaan yang lebih layak dan bisa menafkahi keluarganya. Tentang semburan cahaya yang tak perlu besar untuk terus bisa menyala.

Terima kasih ya Ben dan Pak Bambang untuk inspirasinya. Sampai-sampai ga bisa aku bendung keinginan buat lagunya hahaha. Dan untuk kalian api-api kecil di dunia, terima kasih dan teruslah menyala :)
 
Lelatunipun

Api api kecil
menyalalah
Api api kecil
menyisalah

Di kala gelap
jatuh,
menyuruk

Jadilah dekap
ajari harap
si pengembara angan; aku
para pencari jalan; kamu

Api api kecil
menyalalah
Api api kecil
menyisalah.

Lelatunipun

saya menyarankan untuk memakai headset pabila berkenan mendengar.
tidak ada yg spesial, semoga tidak berlebihan.

salam. 
bantul / 12 jan 2017

terhisap pekat

Seperti musim yg hanya ada 2 yaitu kemarau dan penghujan, begitu pula dengan lagu ini, hanya terdiri 2 chord sederhana yg diulang-ulang. Di sela-sela merombak dan mengaduk lagu-lagu depressing yg akan #kamingsun dan #tidakbertanggungjawab, musim tercipta begitu sederhana bersama flu dan batuk yg menyertainya malam ini. Lirik selalu seadanya, semoga tidak berlebihan. Selamat mendengarkan.

Seringkali kau berjalan tak berarah
Angin menyingkap rambutmu yg keras dan lemah
Bisikan-bisikan batinmu kian menyerah
Asamu meluap seperti lautan lepas

Dan kau titipkan padaku sebuah harapan
Menunggu musim tuk berlalu dan menyeru

Daun-daun kering berguguran berterbangan
Mengisyaratkan musim baru kan segra datang
Langit muram awan berarak berjajar merendah
Bersenandung kepada badai yg kan segera usai

Dan hiruplah, semua waktu yg hilang datang
Dan tumbuhlah, harapan dan mimpi-mimpi baru
Berserahlah, tuk segala yg tak kau inginkan
Bersandarlah

Bantul, 26 Februari 2017

Musim

Duet improvisasi Ananda Badudu (saxophone) & Gardika Gigih (piano)

Direkam live di Studio Mahati beberapa bulan lalu

"Semoga Teman-teman Berkenan Mendengarkan" - Ananda Badudu (saxophone) + Gardika Gigih (piano)

Instrumen yg sama seperti yg pernah saya upload sebelumnya, cm bedanya ada tambahan beberapa baris vokal didalamnya. Kapan lagi kan bisa duet bareng vokelis ini, koveran dulu lah ya. Yang berkenan menyimak, silahkan ~

Rindu Hujan (1#) - Gardika Gigih

Amanda Aurora

Recent comments

Nasya Andreas

Nur Handayani

A. Alvin

rèdūp

Related tracks