Deugalih and Folks yang menggubah puisi "Buat Gadis Rasid" menjadi salah satu nomor di album perdana mereka. Lalu AriReda dengan album "Menyanyikan Puisi" nya, disusul Banda Neira di album keduanya Menyanyikan Derai-Derai Cemara Chairil Anwar. Mungkin saya tak begitu mumpuni untuk menulis lagu dari lirik bikinan orang lain, lalu terlintaslah ide lagu ini di kepala saya.
dibantu oleh Bagus Dwi Putera untuk mengisi gitar di lagu ini, dia tahu betul permainan gitar seperti yang saya mau. lalu kami mulai merekamnya di Rumah Teman Records dimana Vitra Prawira saya percayakan sebagai Sound Engineering, Mixing dan Mastering-nya. beruntung sekali saya untuk urusan artwork saya sangat terbantu oleh ilustrasi dari Zahra Nurfatihah. untuk packaging yang sangat sederhana ini saya kemas sendiri dengan bahan seadanya. semoga lagu ini bisa menginspirasi atau paling tidak sejenak menemani waktu-waktu hidup kalian semua.

Melagukan Puisi

Latar belakang terciptanya Lagu Kemarau adalah untuk mengenang kembali bencana kabut asap tahun 2015 yang terjadi di Beberapa kota di Indonesia, Palangka Raya khususnya. Dimana saat itu, indeks partikulat jauh melampaui batas berbahaya. Hujan menjadi satu-satunya solusi menghentikan pekatnya polusi yang terus dihirup setiap hari.

LIRIK

Kota kami gelap
Dikepung oleh asap
Rimba habis terbakar lenyap

Di keruh udara
Nafas terbata-bata
Sesak di setiap hirupnya

Hujan... Hujan...
Mengapa tak kunjung datang?
Hujan... Hujan...
Engkau kami nantikan

Lekas pulang... Bawa hujan...
Ke Pelukan... Kotaku yang hilang ditelan asap kelam

Lagu & Lirik oleh Herman
Akustik gitar oleh Herman
Lead & Slide Gitar oleh Vitra Prawira
Bass oleh Faisal Akbar
Drum oleh Pebriandi Palentius
Backing Vokal oleh Yoga Unggul Pratama & Hasymi Surya
Foto Sampul oleh Anthony Sinaga
Direkam, Mixing & Mastering di Rumah Teman Records.

Lagu Kemarau

Menyanyikan kembali tembang lawas dari Padi, dari album Save My Soul (2003).

Vokal dan Ukulele oleh Herman
Gitar Elektrik oleh Vitra Prawira
Bass oleh Faisal Akbar
Drum oleh Yoga Unggul Pratama
Artwork oleh Zahra Nurfatihah

Single

Cahaya Mata

Menyanyikan Kembali Tembang Ismail Marzuki yang berjudul Rayuan Pulau Kelapa di sebuah acara musik memperingati Hari Kemerdekaan Indonesia ke-72
direkam live dari audio kamera, mohon maaf atas ketidak stabilan sound karena keterbatasan perangkat rekamnya.
Herman - Vokal, Gitar dan Kazoo
Yoga Unggul Pratama - Ukulele
Bobby Pradana - Kajon

Rayuan Pulau Kelapa - Menyanyikan Kembali Tembang Ismail Marzuki (Live)

Lagu & lirik oleh Herman
Vokal & Gitar diisi oleh Herman
Bass diisi oleh Novan Primadana
Drum diisi oleh Yoga Unggul Pratama
Direkam, Mixing dan Mastering oleh RA Records
Artwork digambar oleh Rizky Utomi

LIRIK:

Aku ingin menanammu di sebelahku.
Biarpun harus kusiram dengan keringat dan darah.
Supaya  tetap rekah.

Aku ingin memetikmu kala tanganku
Terbiasa tertancap duri benteng dirimu.
Benteng dirimu.

Mataku berjanji pandangimu tanpa jemu.
Arahkan kelopakmu kepadaku.

Jika nanti aku layu lebih dulu
Sudikah kau kemasi ranting-rantingku kelak?
Juga keping-keping luruh kelopak.

Keluh Kisah

Bunga

Rumah, berkisah tentang harapan. Dimana pada jaman sekarang rumah dengan tipe paling sederhanapun harganya masih ratusan juta, memupuskan pernyataan bahwa bahagia itu sederhana.
Rumah tidak harus selalu berarti bangunan, bisa jadi kehangatan keluarga atau hal lain yang menjadi alasan untuk kita pulang, mari maknai “Rumah” kalian sendiri.

Rumah ada di nomor urut 1 pada album Keluh Kisah, ini adalah Rumah dengan hasil mixing versi album Keluh Kisah.

Yang bekerja di lagu “Rumah” adalah:
Lagu & Lirik digubah oleh Herman
Vokal & Gitar diisi oleh Herman
Pianika diisi oleh Yoga Unggul Pratama
Bass diisi oleh Novan Primadana
Artwork digambar oleh Rizky Utomi
Digitalisasi dan pewarnaan oleh Zaini Indra Fahmi
Direkam, Mixing dan Mastering di RA Records

Lirik:
Rumah, tempat menyimpan kenangan.
Tempat hangat lekat di ingatan.
Rumah, tempat ku tumbuh dan layu.
Tempat menua bersama waktu.

Oh ternyata bahagia itu tidak sederhana.

Semoga suatu hari aku bisa dapatkannya.
‘Kan ada tempat yang kunantikan ’tuk pulang.

Rumah

Nomor paling pop di album Keluh Kisah, vokal perempuan diisi oleh Tere dari Tobakustik, artwork oleh Rizky Utomi.

LIRIK:
Memandang pada matamu ku tak pernah ingin lepas
Namun sayang waktu berlalu malam direnggut batas.

Mereka t’rus menggali malam yang kian meninggi
Semua itu kita lalui tanpa rasa peduli.

Pintaku seperti tergelincir begitu saja dari bibir
 “Maukah temani aku pulang?”
Kujawab “Dengan hati senang”.

Mengantar engkau pulang
Di lengangnya jalan.
Mengentas keresahan
Sisakan kebisuan.

Tiba saat berpisah rindu kan kembali rekah
Sesaat sebelum engkau hilang sesudah perempatan.

Yang tak terutarakan
Hingga di ujung malam.

Mengantar Engkau Pulang (Feat. Tere)

Sebuah lagu untuk sungai yang membelah kota Palangka Raya, Kahayan. Betapa kini banyak sampah dan keruh karena limbah, betapa pula Ia pernah memegang peranan penting untuk kemajuan dan pembangunan kota Palangka Raya. Kemajuan di segala lini, Kahayan bak terlupakan di setiap gerak maju kota ini.
Artwork oleh Rizky Utomi

LIRIK:
Kini wajahmu tak lagi seperti dulu
Limbah sampah kini jadi kawanmu.

Masih s’lalu lalu lalang perahu
Menggoyangkan ombak-ombak tubuhmu.

Kahayan...
Membelah kotaku
Membentang jauh
Engkau saksi bisu
Tumbuh kembang kotaku.

Lanting melintang di kiri dan kananmu.
Menemani pasang surut berlalu.

Kau genangkan begitu banyak kenangan
Tentang kota geliat kehidupannya.

Catatan: Lanting adalah rumah rakit tradisional, sebutan ini kerap dipakai di daerah Kalteng dan Kalsel.

Kahayan

Artwork oleh Rizky Utomi

LIRIK:
Atas nama permintaan dan pemenuhan
Bekerja pagi, siang hingga surya tenggelam
Namun hidup masih juga jauh dari harapan
Dan masih sedia berjuang demi masa depan

Tiba di akhir bulan, kencangkan ikat pinggang
Segala keluh kesah mohon dikesampingkan
Kejar target bulanan bekerja hingga larut malam 
Lelah berganti senang di kala gaji datang

Inilah lika-liku pekerja, tak s’lalu mudah menjalaninya.
Ada kalanya terasa lelah, tak terpikirkan untuk menyerah.

Kadang tak habis pikirkan, gaya hidup urban
Dengan begitu mudahnya menghamburkan uang
Padahal cari uang, susah bukan kepalang
Yang halal dan yang haram, sama-sama tak gampang

Meski gaji pas-pasan hidup tak banyak pilihan
Ingin berhenti bekerja tapi tetap butuh makan
Tak ingin selamanya seperti ini
Semoga suatu nanti nasib kita berganti.

Lika-liku Pekerja

Mendendangkan 'Bunga' pada perayaan perilisan album Keluh Kisah, audio direkam oleh Project Timbre.

Bunga - Live at Merayakan Perilisan Album Keluh Kisah

Sekolah Kami Menghitam menuturkan kejadian nyata nan kelam, terjadi pada Juli 2017 di kota Palangka Raya. Tentang gedung-gedung sekolah yang dibakar secara berantai dalam rentang waktu yang berdekatan.

Lirik

Di tenangnya dini hari sirine panjang berbunyi
Memecah di dalam sunyi, entah apa yang terjadi?

Pagi terbitkan berita menyingkap sebuah duka.
nyata di hadapan mata garis polisi memagarinya.

Tembok-tembok yang lebam, sekolah kami menghitam
Terbakar api semalam.

Yang tersisa kini hanya puing dan sejumput tanya
Entah kapan dan dimana lagi sekolah yang ‘kan dimangsa?

Titik terang akankah datang menjelang
Memenangkan segala kenyataan
Menyingsingkan kalutnya keadaan
Semoga kebenaran tak terbungkam

Artwork oleh Ghulam Najmudin
Direkam, mixing dan mastering oleh RA Records
Lagu, lirik aransemen serta semua instrumen dikerjakan oleh Catatan Kaki

Sekolah Kami Menghitam

Tanah bergambut tiap memasuki musim kering menghadapi problema pembakaran lahan dan kabut asap, kebakaran lahan yang merongrong juga asapnya sudah barang tentu mengganggu aktifitas manusia

sebuah langgam dangdut dari kami untuk kemarau tahun 2015, jangan sampai ini terulang kembali

Gendang dan tabla dimainkan oleh Hanif Andrasta
Direkam, mixing dan mastering oleh M. Riduan dari Ra Records

Lirik

Cahaya matahari tak menyentuh kami
Siang dan malam terasa mencekam
Asap membungkam banyak senyuman
Asap meranggas paksa kehidupan

Di kokohnya belantara hutan
Nafas dan hidup kami gantungkan
Kini terkabar hutan terbakar
Hilang dimangsa kemarau yang lapar

Jiwa pohon mati bergentayangan
Menyesak menjadi asap kelam
Hujan berkelana tak kunjung pulang
Jangan sampai ini… terulang kembali

Saujana hanya asap yang tersisa
Kota semakin sepi terasa mati
Asap membungkam banyak nyanyian
Asap meranggas paksa kehidupan

Elegi Kemarau

Catatan Kaki - Hutan Kesunyian

Catatan Kaki adalah orkes pop berbasis kerakyatan, berakar dan tumbuh sejak 2016 di Kota Cantik Palangka Raya. Sebelumnya dikenal lewat proyek musik bernama panggung Herman, kemudian pada Februari 2018 bersama kedua kawannya yang kerap membantu pada rekaman maupun di panggung, Yoga U.P. dan Novan Primadana. Mereka bertiga melebur menjadi satu grup musik yang disepakati bernama Catatan Kaki.

Untuk menghubungi dapat melalui:
Telp/WA  : 085252972909 
Email    :  surelcatatankaki@gmail.com


Dengarkan album Keluh Kisah di spotify: https://open.spotify.com/artist/5VdVydW7hXquWNcOWj2gyo?si=CzQIQ-NFS_yq22IcvBozHg

Catatan Kaki

Popular tracks