gubug jammid - daughters (cover john mayer)

Berasal dari puisi yang saya tulis di awal tahun 2024, kecemasan mengenai hal-hal yang menakutkan sebenarnya tidak ada. Separah apapun luka kita disini, tak akan bisa menggantikan luka saudara saudara kita di Gaza. Karena kita tidak benar benar hancur kecuali kita mundur.

Lagu ini kemudian dipakai di dalam Pertunjukan Teater berjudul "ADOLSESCENT"

Sekelibat Sarwahita

Bidik Titik Temu

Kata-kata menjadi festival penyambutan
aku menyisip wangi dari lehermu
Aku bayangkan pelan, mengucupmu jauh
satu meja jarak kita, seperti ilusi

Aku rindu ingatan itu
kala kita berbagi cerita
di balik gawang sekolah
di sore yang lelah

Dua puluh tahun setalah itu
aku baru tau, bahwa rindu butuh temu
maka kau dan aku
menjelma kita

tulisan dan menjadi salam perpisahan
puisi membekukan tubuhmu

aku bayangkan pelan
memelukmu utuh
sekendara jarak kita terlampau jauh

Aku rindu ingatan itu
kala kita berbagi cerita
di balik gawang sekolah
di sore yang lelah

Dua puluh tahun setelah itu
aku baru tahu bahwa rindu butuh temu
maka kau dan aku menjelma kita

Bersama adalah niscahya
dari jauh jarak doa kita
sujud kita tak senada

kau punya masa lalu menggantung
aku yang harus menjaga takdirku

Menyakitkan Kembali

Kita serupa kitab sutasoma
yang usang halamanya tak pernah dibaca
dan kau tuliskan puisimu
tentang keinginan dan impian

jadikan aku putih katamu
maka terbitlah hitam terbitlah ungu, dimatamu

Pelangi telah bisa warnanya abu-abu.


Lagu ini diciptakan pertama kali di tahun 2010, saat itu berjudul Puisi Cinta, berkisah tentang bagaimana sepasang kekasih yang sama sama menyesal telah mengambil keputusan yang salah mengenai hubungan mereka. Mereka sama sama mencintai namun tidak bisa untuk bertahan, mereka memilih untuk melangkah dan tumbuh dari luka mereka.

Puisi (Putus) Cinta

Pedih pagi sedu sedan
Kabar kematian
Lirih sunyi subuh
Derap jantung bertalu

Gemeretak dingin angin
Kaca jendela
Sayat sembilu
bergerak dalam nadi

Bertemu Kehilangan
Mati dan terlupakan

Pada akhirnya kita akan terkubur
Segala yang didambakan tak datang
Pada ajal kita bersyukur
Nikmat datang tak terukur

Bawa segera keranda
Pada manusia
Tubuh tanpa nyawa
Terlentang pasrah

Doa meletup lirih
Dikebumikan kemudian
Sayat kenangan
Melanting kesepian

Kisah Semesta

Bertemu Kehilangan

Ada peperangan di dalam kepala
sebuah keributan yang kujaga
aku tak mau kau mengetahuinya
karena kalian paling berharga

Jangan tanya pikiranku apa
bertahan sudah semestinya
aku paling depan menjaga kalian
dunia akhirat aku perjuangkan

Kau lihat aku diam dalam semua malam
tubuhmu tak kujamah kau tampak geram
aku tahu kau butuh kehangatan
tapi sayang aku dalam peperangan

hidup pahit tapi terkadang kita pernah selalu senang
aku menikmati perjuangan tapi tidak dengan kemiskinan

Maklumkanlah semua yang ada
aku hanya berusaha menjaga
agar tak ada rasa takut
ketika terusir dan terangkut

Kita selalu merasa kekurangan
ada sujud dan sabar di depan
aku tahu kau aku bertahan
menuju bahagia dalam pelukan

Kau lihat aku diam dalam semua malam
tubuhmu tak kujamah kau tampak geram
aku tahu kau butuh kehangatan
tapi sayang aku dalam peperangan

hidup pahit tapi terkadang kita pernah selalu senang
aku menikmati perjuangan tapi tidak dengan kemiskinan

Pasca Tigapuluh

Pikiran Pasca 30

Holding On To The Pieces

Unfinished Promises

Di Laut Kita Jaya, lagu pembuka pada drama Musikal " We Belong To The Sea" (2018) ditulis dan disutradarai oleh Ferdi Firdaus, dengan Music Director Navis Ponco dan Brianda.

Di laut Kita Jaya

This is the first short demo version. I will release the demo song in new arrangement in other times.

Lagu Mama By Farel Feat Ayah

Sanubari

Related tracks