Aku..kamu..jarak..
Aku dan kamu.., atau sebut saja kita..
iya, kita terpisah ratusan bahkan ribuan meter jauhnya..
Memang tak saling sapa benua..
Tapi terasa sangat rentang saat rindu meraba..

Hay hujan..
Apakah kamu menyapanya saat sekarang menghujaniku

Hay angin
Apakah kamu juga sempat mengurai rambut panjangnya

Ah.., tidak kurasa..

Jarak terlalu kuat untuk ku taklukan
Terlalu penuh daya untuk hati yang kerdil bicara
Tapi apa harus begitu saja
Membiarkan rindu anak hasil dari jarak dan waktu menggebu
Lalu mati kembali, terlempar jauh ke pelabuhan haru..

Aku tak mau hanya diam di kamar sepi
Menghidupkan benda-benda mati seperti jendela, daun pintu dan laci..
Berbicara tentang hati, melampiaskan rindu bersama mereka setiap hari....
Menyedihkan..

Kita Berjarak

Aku terbang bersama puluhan sayap rindu di punggungku

Menerjang langit lewat garis keriputnya

Matamu terkejap membangunkan beribu bintang kerlap

Membuat indah malam minggu yang senyap

Hay cantik,

Coba dengarkan keringat yang jatuh ke tanah hasil dari aku berlari

Coba hapuskan air yang menggenangi matamu setiap pagi

Coba rasakan hangat tanganku saat kita berjalan dan berdiri


Bila saat indah dalam rumah kita tak lagi mimpi

Pelukku akan hangatkanmu setiap pagi

Saat selimut tak lagi berbagi

Aku akan menyuapimu dengan hati-hati

Saat tanganmu memelas malas untuk pergi.


Ribuan emas di tanganku akan kulepaskan, asal tidak hatimu yang kulepaskan.

Aku ingin terperangkap, terpenjara dalam hatimu.

Biarkan aku jadi penjahat paling bahagia saat ini.

Karena denganmu, tak ada yang lebih bahagia dari itu

Oleh karena kau tetap ada disisiku

Disaat mimpi ada ditanganku

Kaulah yang paling istimewa

Di hidupku.........

Selamanya

Aku ingin seperti mereka, yang setiap malamnya tertidur pulas, terlempar jauh kedalam mimpinya.

Aku ingin seperti mereka, yang tertawa bersama teman-temannya, terlarut dalam suasana bahagia.

Aku ingin seperti mereka, yang merayakan senja, bercerita bersama secangkir coklat penuh langit jingga.

Tapi…

Aku tak pernah cepat terlelap, teringat gelak tawa kita, yang seringkali sampai melarutkan malam, penuh kebodohan bahagia.

Aku tak pernah merasa terlalu bahagia, teringat candaan kita, yang seringkali membuatku bingung, geram kesal dan diam diam menyukainya, penuh lelucon anak cupu, terlalu lucu.

Aku terkadang tak pernah merayakan senja, teringat genggam kita, walaupun tanganku sedikit berkeringat, jemari kita membentuk simpul paling nyaman di antara semua, mengalahkan jingga.

Aku tak pernah serindu ini.

Rindu

Aku hirup dalam udara pagi tadi
Terasa hangat namun tak berwangi
Aku raba hatiku yang kerdil
Menggebu pasti tapi tak bernyali

Awan di atasku seakan mengajak bermain
Terbang lewati langit tua bercorak hati
Penuh peri dan selendangnya yang berlari

Aku ingin terlempar
Terhempas jauh di antara semesta
Tak ada yang mencariku
Dan aku tak pernah menemukanmu

Saat mereka merindukanku
Aku sudah berteman dengan hujan, senja, dan jingga

Tapi gemuruh seakan marah kepadaku
"Apakah tak lelah seperti ini ?" sentaknya
Tidak, aku bahagia bersamamu
Walaupun mereka berfikir, aku hanya sendiri.
Aku selalu bersamamu.
Senja

Senja

Kita hanya pengisi detik detik yang tak menentu.
Menjamur disetiap arah yang penuh batu.
Bahkan telinga telinga usil pun tak tahu akan dibawa kemana nantinya.
Sungguh pilu.

Lembah hiruk pikuk jalanan terus saja membuatku muak.
Obrolan kosong saat senggang tak lebih dari sekedar siulan para penuak.
Ribut masalah sosial, kedudukan dan labelitas tak hentinya menderu bagai ombak.
Berbasuh keringat sampai lelah, sampai lupa akan dirinya, hanya untuk berbagai macam perak.

Kebanyakan dari kita adalah pendengar.
Pendengar dengan mulut yang tak lebih dari pembisu paling unggul.
Membatu lalu mengerjakan apa saja yang kita dengar.
Tak lebih dari babu, hanya saja rapi dan berdasi gahar.

Harusnya lelah,
Saat selalu melakukan apa yang dinilai bagus oleh kaum sosialis dan kapitalis.
Harusnya haru,
Saat selalu membungkam kebenaran dan mengumbar kepalsuan dengan kata-kata manis penuh realis.

Kita hanya makhluk kecil tak punya nyali.
Yang menginginkan kebebasan tanpa ada konsepsi membebaskan diri.
Kita hanya makhluk berakal malas.
Yang menginginkan kedudukan tanpa ada aksi dan retorika lepas.

Lebih baik menjadi terbang dan waras, daripada bergumul seperti sapi gila lalu tertindas.

Terbang dan Waras

Aku termangu di batas senja
Melihat awan gemuk saling bertabrakan
Ingin ku peluk mereka sekali saja
Apa daya, tangan ini terlalu kerdil untuk mereka

Saat genderang biru mulai bertabuh
Aku lari, mencoba untuk berteduh
Sayang, semua tempat kian kumuh
Tak ada tempat berlabuh

Aku ingin terlempar
Tepat di dekat matamu
Menggelinding sampai jatuh
Merangkak sampai penuh peluh

Iya mungkin terasa sesak
Saat seharusnya kita saling melempar deru
Kita malah saling bisu seperti batu

Ah ingin sepertinya menyapamu seperti dulu
Berbagi rindu walau saling bersembunyi di balik buku
Berbagi kata walau terkadang kita sendiri yang membaca

Aku tau diri
Aku bukan siapa-siapa
Mungkin bukan juga orang beruntung
Seperti dia yang dulu memegang tanganmu sampai menggebu

Dengan tanpa tempat berteduh
Aku takkan mengeluh
Mungkin saja kita akan berakhir rapuh
Atau Mungkin juga kita akan sama-sama berteduh
Walaupun banyak gemuruh

Tempat Teduh

Seseorang bertanya kepadaku
Kenapa kamu masih bertahan ?
Tak lelahkah
Ataukah kamu tuli dan buta

Aku tak lelah
Aku tak tuli dan buta
Aku juga tak merasa bertahan
Jawabku

Lalu dia diam tertutup kata

Aku hanya mengikuti hatiku
Entah nanti akan kemana tertuju
Biarlah dia menggebu sepuasnya
Melompat sejauh dia bisa
Dan terbang setinggi-tingginya

Walaupun akhirnya aku takut jatuh berujung rapuh

Cinta, satu kata beribu arti dalam semesta
Ingin ku cubit dia sampai merona
Memeluk dia sampai tak bisa bernafas
Mencium keningnya sampai senja menghilang

Sudahlah, aku biarkan hatiku berpetualang dengannya
Bernyanyi di balik rasa
Berteman dengan beribu asa
Toh, aku menikmatinya
Walau terkadang sakit, aku yakin bahagia

Hay cantik
Apakah kataku sedikit menggelitik
Ataukah malah membuatmu penuh kritik

Maaf
Ini bukan maaf untukmu
Ini untuk diriku sendiri
Pria yang seringkali tak tahu diri
Yang selalu terbawakan oleh hati

Aku malu
Iya, aku malu

Aku Malu

Aku berteman dengan beberapa kata, dan terkadang mereka berkumpul lalu menjadi beberapa indah yang kusebut puisi.

Freaky Poetry

Popular tracks