Ada Yang Senantiasa Merindukanmu

: Salim Kancil

Arit dan cangkul yang setiap harinya kaurayu, kauajak bersendau-gurau, atau sekadar kautaruh di dekat dapur kini mulai lelah menunggu kepulanganmu. Kemana engkau pergi, kemana perginya tubuh renta yang pernah memasang badan membela kaum tani.

Lantas, apakah kau lupa jika tanah ini mesti digarap: 
Perihal kepergianmu, negeri ini seakan kembali ditampar, meski pula musim tangis tak sampai membangunkan badai.

Ada raung buas di mulut-mulut pemimpin kampungmu; bau serakah menghembus pesing layaknya pidato-pidato penguasa tiran.

O, kawan, tidakkah semua yang melenyapkanmu kini masih asyik kusyuk bermain alibi, atau justru mereka sedang asyik membanting kartu domino. 
“Mampus, kau!” 
Ah, sepertinya kalimat itulah yang kerap keluar dari anyir-anyir mulut mereka.

Kawan, baik-baiklah di tempat pergimu yang damai. Jika tanah yang pernah kautinggali kini perlahan kembali tersenyum hijau merindang. Sebab alam layak menghargai kepal tanganmu.

Bekasi, 2015

Ditulis oleh @tehjeruk

http://kelaspuisi.tumblr.com/post/134559562377/ada-yang-senantiasa-merindukanmu

Ada Yang Senantiasa Merindukanmu - @tehjeruk | dibacakan oleh @pemudabiasa ft. @narasibulanmerah

Calwanarang - Karya Fertilia Ikashaum

Sepotong lirik menghembus semesta dengan tajam. Kata - kata dengan daya yang cukup kuat untuk merajai pergeseran bulan. Sederet mantra yang kemudian membawa kehidupan baru. Seorang wanita, hidup dengan sejumput bahasa untuk memberikan anaknya kecantikan. 

Dia Ibuku, Calwanarang, mencintai Aku tanpa hela napas yang terlewat.

Bala tentara rakyat Girah mampu membuat tengkukmu meremang. Mereka akan menyambit rumput liar yang diam menggigil, menyulam tiap tetes peluh dari kening-kening jejaka yang berbau dusta. Sementara penonton yang lain hanya bisa termenung menyaksikan teluh bekerja.

Dia Ibuku, Calwanarang, menjaga Aku dengan serangkaian sihir dari urat saraf yang kian menipis.

Aku dewasa bersama redupnya Girah dari Kahuripan, sementara malam tidak juga berpamitan pada fajar, dan damai yang membujuk mentari untuk tetap terlelap perlahan menguap, memaksa Airlanggauntuk datang ke depan pintu rumah kami.

Dia Ibuku, Calwanarang, yang membawa Bahula ke dalam kamar tidurku.

Teluh bukanlah alasan untuk Aku, Ratna Manjali, membenci kekuatan Ibu yang tak terbatas. Karna segala kesesatan akan menyublim dan kupahat menjadi kristal es yang tenggelam ke dasar Gunung Lawu.  

Ibu, aku tanam kisahmu di atas prasasti. Sebuah pusara untuk mengenang Calwanarang yang mencintai Manjali.

Bandarlampung, Desember 2015

*Terinspirasi dari kisah Candi Calwanarang

http://kelaspuisi.tumblr.com/post/135842364787/calwanarang

Calwanarang - @limamaret | dibacakan oleh @penyeduh

Senja di Dada

1/
Engkau bertanya kepadaku tentang hari libur
Dan rencana kita berpergian
Tapi kutunjuk dadamu itu
Dan berkata, aku ingin berlibur ke sana
Lantas jadi pribumi, yang membangun sebuah peradaban
Aku ingin hidup sebagai satu-satunya perempuan yang mencintaimu

2/
akan kubawa senja dari jogja itu, Pardi
Yang Dulu pernah menghitung jumlah ciuman kita
Dan akan kubangun kebun sawi yang sama dengan kebun Pak mir
yang dulu pernah kita pakai sebagai ranjang untuk bercinta
Seperti dua kelinci yang lupa waktu dan tak malu pada manusia
Aku ingin menyimpan yang telah berlalu itu di dadamu; 
Tempat aku tinggal setelah meninggalkanmu.

ditulis oleh @rahmaama29

http://kelaspuisi.tumblr.com/post/136109727692/senja-di-dada

Senja di Dada - @rahmaama29 | dibacakan oleh @meeeong

Lihatlah Aku

Akulah bulir-bulir hujan 
yang menantang segala ketidakmungkinan, 
Merangsek naik mendaki licin kaca jendela 
Sesaat setelah tergelincir melewati sepasang bola mata

Pada sela bingkai jendelamu
kutabur semerbak aroma peluh; harapku kau hirup 
Seketika tak keruan berdegup kemudian gugup

Namun harap tinggalah harap
Keadaan hanya mengizinkan aku bersimpuh pada sudut jarak penglihatan 
Pasrah menunggu angin membelai tengkuk 
lalu kembali terperosok ke dalam sisi paling hina di ujung sana
Menatap anggun setengah wajah berbalut tirai satin 
yang juga menyisakan sepasang lamunan

Akulah bulir-bulir hujan 
yang tidak diizinkan keadaan mencuri lirik,
bahkan untuk menatapku barang sedetik

Jika mengalihkan pandangmu 
sesederhana jejak hujan di tengah jalan
sekarang kaulihatlah, aku akan melompat menjelma genangan 
Akan menuntunmu menghanyutkan kenangan
untuk kembali kutinggalkan gurat-gurat berliku yang tak terbalaskan

Tangerang, 8 Januari 2016

Karya @reinkarnasikata

http://reinkarnasikata.tumblr.com/post/136855241876/lihatlah-aku

Lihatlah Aku - @reinkarnasikata | dibacakan oleh @narasibulanmerah

Putri Salju

Ada yang lahir dari putihnya salju dan darah yang mengecupnya. Semesta merestui hidupnya. Kedamaian mengikuti langkahnya. Tetapi waktu menghinanya. Ia tak biarkan keindahan menguasai. Ya, keindahan dan ketidakindahan haruslah beriringan. Seperti yin dan yang, sekeping peluk yang bergumul.

Senja itu aku berdiri di sana. Menyaksikan kau membuka peti kaca. Mengagumi ciptaan Tuhan yang tertidur dalam desah ganjil di tengah hutan. Binar matamu menghentikan arloji rindu. Kau telah temukan sumber resah yang menuntunmu sampai ke tempat ini. Melumat warna merah yang kini menjadi penuh. Kini kau berhenti dalam upayamu mencari sosok seorang putri di tengah tujuh kurcaci: Sang putri telah bangun.

Di balik cermin ada aku, menjelma putri yang menyemai salju. Taburan dingin dan kelabunya langit memendarkan rupamu yang kutatap penuh upaya. Akulah dingin yang kau cari ketika siang merutuki panasnya. Akulah gigil yang ingin kau dekap meski kuselipkan belati di hadapan lambungmu. Cerminku kembali utuh, Sayang. Ia lengkap karena sapamu yang tak kunjung habis bersama bangunnya Sang putri.

http://limamaret.tumblr.com/post/138696894375/putri-salju

Putri Salju - @limamaret | dibacakan oleh @pemudabiasa & @limamaret

Aku Terjatuh

Ada yang terjatuh, serupa hujan rindu. ia mengalir pada anak-anak ingatan yang mulai gersang, tak lagi menjelma airmata sebab mengering bersama musim yang digugurkan:
serupa itulah aku mencintaimu yang garing.

Dik, Februari kembali merona namun ia masih menyisakan perit gigil yang menjerit. Seperti hangat yang terabaikan, atau justru seperti aku yang diam-diam kaudiamkan.

Barangkali, kita tak pernah dengan sengaja menabur benih-benih rindu, menyemainya dalam pot-pot cemburu, yang kelak tumbuh mekar mewangi sekalipun berduri, atau kita tak lebih dari mimpi-mimpi yang sebenarnya kerap menanggung gelisahnya sendiri. Meski imajiku mulai merayu–mengajakmu bercengkrama di antara rerimbun bait-bait paling sunyi.

Kadangkala, aku ingin berlari mencarimu, kemudian menghadiahi ciuman pada leher-leher resahmu, menyeduh kecupan di rebah dadamu yang patah, atau meniduri apa-apa yang tak semestinya kita sebut saling menyakiti.

Sementara, reput-reput ini kembali membeli retak: serupa musim-musim gelisah, beberapa sisa resah yang menggigilkan, atau justru rasa yang tak lagi kauhiraukan.

Dik, jika kelak kau kembali setuju, jalan pulang begitu mudahnya kautemukan, atau jika aku harus menjemputmu kembali, berikanlah beberapa kedip di salah satu kelopak matamu. Agar aku pun tak memberi ragu pada langkahku untuk memelukmu.

Bekasi, 2016

http://tehjeruk.tumblr.com/post/138857102586/dear-dik-tikcil-anggap-saja-aku-ini-adalah

Aku Terjatuh - @tehjeruk | dibacakan oleh @symphonykalbu & @narasibulanmerah

Kau Boleh

tak usah jadi milikku
kalau tak mau
tak usah susah payah
kau tafsirkan
biar debar ini tetap sederhana
seperti usai kau tertawa
dan diam-diam aku mengenangnya

berkali-kali kau ingatkan aku;
ini bukan cinta katamu
lalu kutanya aku harus kemana
jika semua arah
selalu membuatku tersesat
dan pulang
pada rupa yang sama

kau mungkin lebih tahu
kalau rindu tak akan lesap oleh waktu
jadi jangan menungguku
pernah melupakanmu
kau akan kehabisan waktu
sayangku

dan bimbang tak boleh jadi pilihanmu
antara aku dan bukan aku
jika bukan aku
akan kubuat cinta ini seperti rahasia
yang pura-pura sembunyi
menunggu kau menemukannya lagi

beri tahu aku jika
pada kisah asmaramu
hanya aku yang kau harapkan menutupnya
agar berakhir bahagia

Bandar Lampung, 18 Januari 2016

http://aindria.tumblr.com/post/137499587070/kau-boleh

Kau Boleh - @aindria | dibacakan oleh @rintikkecil

Setabah Februari - @rintikkecil & @tehjeruk

Lebih sekadar berkali-kali, segala cemas ingin kukemas menjadi gumpalan doa. Kusulut dan kuterbangkan serupa lampion yang diam-diam menembus langit malam. Lalu sebuah alamat larut dalam cangkirku. Segera kuhirup sebaris huruf yang retas, yang gores arah menujumu.

Larik-larik syahdu kerap menyelinap di puisiku, membahasakanmu tanpa gagu. Meski tak terasa beberapa retak masih menyelimuti angkasa, yang sesekali menggeliat di ufuk ragu. Kekasih, perkara yang tak mampu diraih hanyalah mimpi di siang hari. Namun kita lebih dari niat-niat dekap untuk saling mendekat, pun merapat yang dituluskan dengan tepat.

Dalam desir, aroma sunyi masih menyisir. Membawaku ke butir-butir aksara yang muara di garis tanya. Dalam rindu, sehelai harapan mampir ke salam menjadi pita sebuah cerita. Atau mungkin ini awal risalah dari dua tangkai purnama yang pernah kita tukar semburatnya. Bahwa dalam jarak, kita pernah nyalangkan asmara, bersama-sama.

Sampai kini menapaki samuderamu tak lagi berteman riak-riak berarak, seakan peristiwa-peristiwa hambar larung bersama gelebahnya. Meninggalkan bulir-bulir peluk Februari, merona mengarungi sejuk wangi bahagia. Sementara dalam diam, kita sering nikmati kepingan-kepingan waktu yang lain. Sinar mata kita beradu. Akan kubangun rumah di dadaku, kau bisa tinggal lama di situ.

http://kelaspuisi.tumblr.com/post/139288062312/puisi-kolaborasi-ngedatepuisi-tehjeruk

Setabah Februari | dibacakan oleh @rintikkecil & @tehjeruk

Putri Salju dan Pangeran

oleh @pemudabiasa & @limamaret

Aku datang ke sini membawa bahagia kita, bangunlah dari gelapnya derita. Kau tak pantas tertidur seperti aurora. Kau lebih pantas mendendangkan romansa. Menari gemulai bersama si kancil dan si tupai di belantara ini.

Kecup manis bibirmu mengantarkanku pada senja yang dulu pernah kutanam, kini telah mekar bersama malam. Pada kerjap pertama kuhidu rupamu, paru-paru jiwaku. Padu purnama dan semerbak bunga lesak di dada.

Aku ingin mengajakmu ke istana, berdansa dengan senandung bahagia hingga denting akhir tiba. Buncah asmara kala memegang mungil tanganmu. Lalu bola matamu, ialah purnama malam sedang bibirmu rekah merah serupa apel yang masih basah.

Senandungkan kertap dan pandu aku. Kita akan lanjutkan satu-satu mimpi dalam tidurku siang tadi. Bersamamu, aku ingin selamanya, penuh dekap dalam detak.

http://kelaspuisi.tumblr.com/post/139288000312/puisi-kolaborasi-ngedatepuisi-limamaret

Putri Salju dan Pangeran | @pemudabiasa & @limamaret

Dongeng Hujan
Kepada rintik hujan yang bergelantungan di bawah-bawah tiang besi seberang jalan,
Aku ceritakan satu dongeng tentang rindu tentang dua bocah berlarian menggendong mimpi, merangkul imaji di tangan kanannya sebuah peluh menari-nari menaiki tiap inci lekuk tabah dalamnya langkah.


Sedang di tangan kiri isak tawanya tertahan di ujung gigi-gigi tajam,
ada sepasang bolamata tua dan bijak menunggunya pulang, membawa ikan beserta sampan di atas kepala.


Sementara satu bocah lainnya tengah bermain-main kucing-kucingan mengejar kucing diam-diaman bersama kuda,
kuda-kudaan dan, lelaplah!
sebab dongengku usai sebelum hujan itu benar-benar jatuh dari bawah-bawah tiang besi seberang jalan.

Cirebon, 8 Maret 2016

http://kelaspuisi.tumblr.com/post/140719181952/dongeng-hujan

Dongeng Hujan - @adnanrisnawan | dibacakan oleh @about-lastparadise

Merelakan Ketiadaan

masing-masing kita lahir dengan takdir
yang telah Ia bagi tanpa bisa minta lukir
kadang pilu hadir mengetuk muka jendela
mengantarkan padamu sedalam luka hingga
lemah menyambangi sepanjang langkah

tak jarang Ia hadiahkan wajah semesta
dan menyentuhnya membuatmu lupa
pada lapisan langit di atas langit lainnya
hingga hidup tak pernah rasa cukup
seperti haus yang dipertemukan air lautan

tahukah? berjuta semoga yang kau layangkan
berikut mimpi dan obsesi yang terus saja
kau coba gapai sisi sempurnanya: tiada
karena sesibuk apapun mempertanyakan
jawabannya lekat dengan jiwamu: cukup

syukuri saja apa yang kau miliki, kubilang
barangkali di sana akan kau temukan genap
seperti secangkir kopi dan sebuah pagi
meski menyisakan pahit di langit-langit
tanpanya, harimu tak pernah terasa lengkap

Banyumas - Medan, 2016

http://kelaspuisi.tumblr.com/post/140908897397/merelakan-ketiadaan

Merelakan Ketiadaan - @pecandu-rindu & @jemarikanan | dibacakan oleh @jambangcosmic

Seribu Mentari Surga

Kau adalah detik
Pada luka, air mata, dan kekecewaan
Sisa jahanam dunia
Yang menolak hakekat nyawa
Kau adalah sabar yang terpatri
Pada jiwa yang dicampakan sayang
Pada hati yang mengemis keadilan
Sosok yang terbuang oleh halal yang diharamkan
Kemudian kau bertanya
Pada bisu yang dipaksa teriak
Sampai di mana rasa yang kukandung harus tertahan?
Pada akhirnya hanya pendar-pendar cahaya
Yang mampu membelai setiap buncah emosi
Yang mengabadi menyambutmu
Tapi
Bukan di bumi, bukan di langit
Melainkan muara yang menampung tiap bait do'a
Bersama cahaya yang rela ditelan gelap
Bersama cahaya yang semburatnya ikhlas
Dilahap mendung menggantung
Di sanalah kau temui setiap tuntutmu yang tak pernah menuntut

Bandung, 28 Februari 2016

http://leedywd.tumblr.com/post/140144351171/seribu-mentari-surga

Seribu Mentari Surga | @leedywd & @es-kacang-merah

Mengasuh Anak

Aku termenung sore ini
Menatap seorang anak yang terimpit di sudut lemari
Kutarik tubuhnya yang mulai menguning
Seketika terdengar tangis melengking
Rupanya, sudah lama ia di sana
Tubuhnya sudah tak mulus lagi
Beberapa goresan pena tampak di bagian depannya
dan beberapa bagian setelahnya

Ia adalah anakku dulu
Yang selalu kusembunyikan di bawah tumpukan baju
Inginku membesarkannya, lagi
Namun, tak sanggup aku seorang diri
Sudikah kiranya Tuan menjadi ayahnya?
Lalu, kita mengisi baris-baris di tubuhnya bersama
Membiarkannya tumbuh penuh kata-kata

http://katakakiku.tumblr.com/post/140077669892/mengasuh-anak

Mengasuh Anak | @katakakiku & @yourpatheticjoke

Pada Suatu Puisi

—Sapardi Djoko Damono

Ketika berada di halaman, pada suatu puisi
aku terkesima imaji menari dalam tatapku.
Tanganku basah dan dingin,
menyibak guyuran hujan lembar-selembar.

Seorang tua, ringkih tubuhnya kisut kulitnya
dimatangkan cinta yang sederhana,
waktu yang fana
lantaran lupa:

“Tuan, Tuhan bukan?“1) Dia pun pamitan keluar
lewat sesuatu yang Wyslawa dengan perlahan
Namun demi hujan, demi bulan Juni, begitu-begitu
daya menciptanya tak sekadar begini-begini.

Aku terkenang ayah, lalu kukayuh sepeda
menuju surga yang konon amatlah jauh.
“Jangan lupa oleh-olehnya, ya!” Ibu menyeru
sembari melambaikan tangannya kepadaku.

Ternyata hujan yang sialan itu membuntuti
laju sepedaku. Semakin cepat kukayuh,
semakin deras memburu pilek dan demam
di tubuhku yang minim terberkati pelukan.

Barangkali seorang tua sengaja membikin
aku menangis atau meng-hmm,
lantaran tak ada teman
selain diriku sendiri.

Namun, tak banyak yang tahu bahwa
pada suatu pernah, aku akrab dengan kata jangan.
Jangan hujan-hujanan nanti pilek dan demam.
Jangan pacar-pacaran nanti galau lalu sakau.

Aku berhadapan dengan sebuah sungai:
penyair menyebutnya sebatang sungai,
prosais berkisah air mata menganak sungai,
sedangkan para filsuf bilang mengapa sungai?

Tak ada jembatan juga perahu. Angan dan ingin
bersitegang perihal menyeberang, bukan, perihal
pulang, sepedaku tak bisa berenang, bukan,
aku ragu menyeberang dan aku enggan pulang.

Wajah ayah yang belum bercukur kumis
dan cambang, membayang timbul-tenggelam
bagai adzan pertama yang kudengar
setelah aku terbit ke dunia dengan menangis.

Di kejauhan seorang tua menadahkan tangan,
berdoa kepada Tuhan. Namun, Tuhan bilang:
“Tunggu sebentar, Saya sedang keluar!“2)
Dan sayup-sayup hujan pun datang.

Sepertinya aku butuh kata jangan dari ibu
untuk yang terakhirkali. Pada suatu puisi
aku terjebak serangkaian hujan
dari satu halaman ke halaman lain. Sialan!

Jakarta, 19 Maret 2016

Keterangan:
1) dan 2) disitir dari Puisi Tuan - Sapardi Djoko Damono, Perahu Kertas - Kumpulan Sajak, 1982

http://kelaspuisi.tumblr.com/post/141307610417/pada-suatu-puisi

Pada Suatu Puisi - @edoyaa | dibacakan oleh @mawarbirusenja

Flamboyan Untuk Simbok

Lelaki yang kembali dari negeri bersalju  duduk termangu menatap langit pancaroba. Bunga flamboyan kini sudah bermekaran. Jingga menutupi hijau dedaunannya. Namun sorot matanya temaram berlukiskan kaca.

Pohon rimbun kini sudah membentuk kanopi. “Simbok yang menanamnya” katamu seketika luruh air matamu. Keadaan telah merenggut kebersamaan lelaki yang pernah hidup di rahimnya. Menjadi piatu kala flamboyan yang dirindukan pemilik doa-doa makbul untuknya bersemi.

“Mungkin simbok sudah merasa cukup mengantarkanku menjadi lelaki yang mampu berdiri di atas kaki sendiri” rintihmu terisak sampai hampir sesak. Awan berarak menyapa terik mentari mendungpun menjelma. Aku tersayat mendengar rintih isak tangisnya.

Simbok, lelaki disampingku kini rapuh. Menggenggam kelopak flamboyan gugur. Untukmu merapal doa-doa terbaik bagi keselamatanmu.

Bogor, 31 Maret 2016

Ditulis oleh @heyrha

http://kelaspuisi.tumblr.com/post/142015193082/flamboyan-untuk-simbok

Flamboyan untuk Simbok - @heyrha | dibacakan oleh @penulisajak ft. @narasibulanmerah

Suatu Hari di Perpustakaan Kota

Terdiam di sudut mati
ia mendesah di dalam hati
berimpitan dengan debu dan masa lalu
hari-hari yang jemu

Terdiam di dalam ruang
ia bergeming di antara rak-rak panjang
masih sendiri, sepi dan sepi
desah yang tak bertepi

Terdiam di dalam kenang
ia mencoba untuk mengulang
keriangan yang ramah
dan mata-mata yang menelaah

Sudah itu
kembali sepi


Serpong, 8 Mei 2016

- ditulis oleh @poemaker

http://kelaspuisi.tumblr.com/post/144038815692/suatu-hari-di-perpustakaan-kota

Suatu Hari di Perpustakaan Kota - @poemaker | dibacakan oleh @narasibulanmerah

Kartini - Prosa Karya @ceritakertas | dibacakan oleh @rainharain

"Tulisan bisa lebih detail mengabadikan momen. Ia bahkan bisa menggambarkan sampai ke detik-detik penciptaan."

Satu minggu menulis satu puisi. Ikuti writing project kami di Tumblr. Selamat berkarya!

kelaspuisi

Popular tracks