Apakah anda familiar dengan tanaman genjer? Genjer adalah salah satu panganan favorit saya disamping tumis kangkung dan tumis bunga pepaya. Tapi tahukah anda tentang lagu dengan nama yang sama yang dilarang diperdengarkan pasca peristiwa 1965? Ya, ini tentang lagu Genjer-Genjer.


Lagu ini diciptakan oleh seniman angklung asal Banyuwangi yang bernama Muhammad Arief sekitar tahun 1942. Liriknya bercerita tentang penderitaan masyarakat Banyuwangi pada masa pendudukan jepang di Indonesia, maka digambarkan di lagu ini rakyat Banyuwangi pada masa itu mulai mengolah serta memakan tanaman genjer (Limnocharis Flava) yang didapatkan di tepi sungai, padahal tanaman ini aslinya bukan untuk dimakan karena sebelumnya tanaman ini dianggap tanaman penggangu (hama) oleh masyarakat Banyuwangi.


Pentatonik dan progresi blues sangat kental di lagu ini. Pertama kali saya mendengarkan lagu ini secara utuh saya langsung jatuh hati dengan aransemen-nya. Berbagai ide lalu muncul di kepala saya untuk setidaknya mencoba mengcover lagu yang jelas-jelas produk asli Indonesia, dan saya sangat kagum sekaligus takjub bahwa seniman daerah Banyuwangi pada masa itu bisa membuat karya indah dan universal seperti lagu Genjer-Genjer ini, sebuah alasan yang saya anggap logis, layak untuk diperjuangkan dan dibangunkan dari tidurnya yang panjang.


Agak sulit sebenarnya untuk menyanyikan lagu ini dengan cengkok khas Osing yang sangat kental, bahkan kawan saya yang Jawa-nya "medhok" sekalipun nyerah mencontohkan pengucapannya pada saya.. Akhirnya setelah berkali-kali mendengarkan versi Bing Slamet, sedikit demi sedikit saya mulai beradaptasi dan mencontoh cengkoknya, kemudian berpikir bagaimana caranya agar lagu ini bisa disisipkan sedikit nuansa blues.


Memang pada dasarnya baik versi Bing Slamet maupun Lilis Suryani lagu ini punya struktur yang sama, liriknya terdiri dari dua bait, dengan intro yang tidak jauh berbeda, tapi dari beberapa sumber yang saya dapatkan sebenarnya lagu ini terdiri dari tiga bait, bukan dua seperti versi Bing Slamet dan Lilis Suryani, maka walaupun saya tahu bait ketiga-nya saya tetap mengacu kepada versinya Bing Slamet karena saya tidak berani apabila pengucapan dan nadanya tidak benar nantinya.


Akhir kata., apapun agama, suku, ras, ideologi dan pandangan politik anda, karya seni sebagai produk dari kebudayaan tetaplah berdiri sendiri sebagai karya seni.

Genjer-Genjer (Indonesian Folk Song) (Cover Version)

Originally composed and arranged by Guruh Soekarnoputra. For more info about G.S.P please visit this link: http://en.wikipedia.org/wiki/Guruh_Sukarnoputra . 

The reason why i make a cover version of this song (well actually it doesn't suit as a cover song tho), it's just because i'm amazed that Indonesia have so much Musical Masterpiece from time to time, and this song, the original one, is a proof that Indonesia have so much talented artist, and i hope there will be more of them in the future :) I'm not trying to make this cover version exactly feel and sounds like the original one, because i just can't, sorry that i'm unable to "re-create" some parts of the original song, especially intro part and the last part of the song that really need an advance knowledge about orchestra, as well with composing, so my cover is simply labeled as "Electronic Tunes". Last word, i hope you like my work, maybe there's some mistakes here and there, but like i said before, i just can't make a fine cover of this song, because it's already AWESOME as it is :)

Melati Suci (Instrumental) (G.S.P)

This song was originally written by Ki Nartosabdo, the great Dalang (Puppeteer) among Javanese people. More info about Ki Nartosabdo: http://id.wikipedia.org/wiki/Nartosabdo

Gambang Suling (Ki Nartosabdo cover) (Instrumental)

Afternoon chat

My first record using Ukulele. I named this song "Ode to Miyazaki", as a tribute to Hayao Miyazaki, the genius from Studio Ghibli :) i Hope people will always remember his work, forever.

Ode To Miyazaki

Another instrumental cover, this song was originally written by Ibu Soed, titled "Tanah Airku", using ukulele in my spare time. There's a fine line between a real piece of art, and a crappy piece so called "art", please save our future generations from listening to shitty music, and please stop making stupid people famous.

Video: https://www.facebook.com/Aduy.Blues.Blessed/videos/10210347744674288/

Tanah Airku

Waktu hujan, waktunya membiarkan.



======================================================


Biarkan hujan yang bicara,
Tentang semua yang sedang kau rasa,
Biarkan dunia,
Tetap berputar seperti hari yang lalu.

Biarkan rindumu berlalu,
Biarkan sang waktu yang menghapus pilu,
Berjalan diantara, 
Remang cahaya rembulan,
Kau kenang,
Harapan.

Setitik, harapan.


                                                                                       Jakarta, 13/7/2016.

Biarkan

My original work for the upcoming album. Still need to fix a couple of things and maybe re-record the whole song. This is just a sample and will be deleted soon.

Bila Tiba Petang

Indie musician/producer. All song/track here are part of my private work, i made some of them, and the rest is a cover version of popular song/track that i like, and i always give credit to the original artist.. And yes, i bite.

layang.ilalang

Popular tracks