Anggur merah -dan other ‘rekreasioal-cheap stuffs’ lain - akan jadi solusi untuk merayakan malam mereka setelah seharian dihantam keras dan penatnya bekerja. Pekerja, -dalam hal ini pekerja kasar- kuli bangunan, sopir angkot, kuli pasar, dan lainnya. Apa sih kesenangan yang akan mereka bawa untuk anak-anak dan istri mereka -buat yang sudah berkeluarga- sepulang mereka menghabiskan hari untuk bekerja ?. Mereka tidak punya akses untuk membawa keluarganya masuk trans studio, nonton di bioskop, nongkrong sambil “wi-fi an” di kafe sambil ngopi atau nge-beer. Bahkan untuk mengakses berbagai literatur, film, musik, mereka cukup kesulitan. Mereka yang mempunyai kadar relijiusitas cukup tinggi, bisa mendapat kebahagiaan dengan mengunjungi masjid, gereja, dan tempat peribadatan lain, karena dengan itu mereka bahagia. Lalu bagaimana dengan yang kadar relijiusitasnya rendah, bahkan nihil ? Kesenangan malam ini adalah setelah me-“nina-bobo”-kan anak-anak mereka hingga terlelap, kemudian berbotol-botol anggur merah akan menjadi solusi untuk melepaskan penat dan mendapatkan kebahagiaan mereka malam ini. 

5. Anggur Merah Is My Saviour, Not Ian McKaye

Kita sangat suka dengan sound dari lagu-lagu band anak nakal amerika yang sering berlatih di garasi, dan bikin lagu ini buat ikut ngerasain gimana serunya latihan band di garasi rumah tahun 1990-an. Seperti kata Weezer, "In the garage, i feel safe, no one cares about my ways.."

1. Garage Sale

Penggalangan massa besar-besaran dengan iming-iming meraih sebuah
mimpi menikmati sebuah tatanan kehidupan baru oleh berbagai “organisasi
perubahan” berkembang pesat dimana-mana, terutama di kampus-kampus,
pabrik-pabrik, di desa-desa dimana banyak buruh tani tak bertanah, dan
kumpulan masyarakat pekerja kasar yang menginginkan “perubahan” . Citacita
yang mulia sih, tapi organisasi struktural dan hierarkis pada waktunya
akan menemui akhir yang sama : Sebuah bentuk sentralisasi kepemimpinan,
dimana mereka yang berharap mimpi indahnya tentang tatanan sosial yang
baru hanya akan menemukan diri mereka terperangkap dalam ‘kelas-kelas’
dan strutural-hierarkis yang menyedihkan. Lalu mengapa tidak mencoba
keluar dari lingkaran tersebut, kemudian organisir dirimu dan kelompokmu
sendiri ?. Kendalikan diri kalian sendiri, organisir kelompok kalian sendiri,
karena revolusi sosial tidak akan pernah terjadi tanpa revolusi personal. Kita
adalah masyarakat yang sadar kok, tanpa mesti meninggalkan paham dan
adat lama

2. Cukur Brewokmu, Baru Revolusi

Fenomena “Tough Guy” dalam scene hardcore/punk yang nggak pernah
habis-habisnya, -dari pertama mengenal dan datang ke pertunjukan band
underground, sampai sekarang- dalam sebuah gigs hardcore/punk
menjadikan suasana moshpit yang seharusnya menjadi arena yang
menyenangkan untuk berdansa dan joget bareng, menjadi menyebalkan.
Badan mereka memang nggak selalu berotot dan gede juga sih, tapi
mentalitas ngerasa sok paling jagoan, petantang-petenteng, udah gitu
wajahnya gak ada ramah-ramahnya. Oke, saya sepakat dengan “berdarah
dalam moshpit itu biasa”, tapi kalau urusan terminologi “senggol-bacok”
dihadirkan di sebuah gigs atau dalam scene hardcore/punk, bukankan itu
sungguh menyebalkan

3. Tuff Fuckin' Guy Anthem

"Katanya uang tak bisa beli senang, nyatanya dapat uang bikin senang.
Katanya, manusia ingin hidup tenang, nyatanya, ingin tenang harus perang."
Yah, manusia selalu memiliki sisi dualitas dalam dirinya.

4. Duality Of Man

Kadang kita dibuat merasa "bersalah" saat berkendara di jalan berpepetan dengan oknum pengendara motor atau mobil lainnya yang menempelkan stiker-stiker, entah itu stiker ormas berbasis massa, atau stiker anggota kesatuan tni atau polri. Nggak bisa dipungkiri, kami keder.

6. Stiker Bikin Keder

Download keterangan, lirik dan eksplanasinya, seni rupa, dan tata-letaknya di http://www.mediafire.com/file/ynb0owi3y1vhpcs/Sleeve_mooseo.pdf

Mooseo

Popular tracks