I feel very dizzy and very sleepy but I can't sleep, all the memories pop up so suddenly with the guilty in my sanity.
It's 2:43 am and this fuckin brain still makes me busy so I grabbed my phone and wrote this rhyme hope this shit will gone by the time.

Aku tau aku takkan bisa berlari dari semua rasa bersalah yang selalu coba ku hindari.
Setiap hari ku jalani rutinitas yang sama tapi memori kebodohan masa lalu masih terus membayangi.
Sekuat apapun kenyataan ini membenturkan waktuku tapi otak ini terus menggoda untuk menggali kembali setiap kejadian di masa lalu.
Aku tak pernah menyesali semua hal yang pernah ku lalui, memikirkan kembali semua kenangan membuatku lebih menghargai hidup ini dan mengajarkanku untuk tak pernah takut pada setiap doktrin yang tak terbukti secara empiris.

I feel very dizzy and very sleepy but I can't sleep, all the memories pop up so suddenly with the guilty in my sanity.
It's 2:43 am and this fuckin brain still makes me busy so I grabbed my phone and wrote this rhyme.

Fuckin Insomnia

Hujan

Ilusi Kelas Sipil

Lyrics:

Waktu memaksa
Pupus harap
Keadaan kelam
Berlari dalam
Komedi yang tak berputar
Menunggu suar
Sabar namun gusar
Ditengah keramaian berkelakar
Bersejawat kehampaan mengakar
Mengampiri kenyataan menampar
Bukan itu jalan surga
Yang menuntut patuh semua kepala
Yang menagih akal setiap nyawa
Yang merobek sisa nalar bersenyawa
Kapital memintal setiap akal
Memaksa hidup untuk berwadal
Dalam wujud yang tak lagi banal
Dan lupa sebuah intensi
Setiap langkah memburu
Kewarasan merakit semu
Menderu hidup panopticon
Hingga merasa bisa tak perlu lagi bisa merasa
Lelah tawa
Rindu tangis

Aku hanyalah gumpalan kepandiran yang dibangun dari sebuah kerangka kebanggaan, sebagai manusia yang memiliki otoritas penuh atas hayal kehendak bebas. 
Bebas dengan sebuah legalitas kertas dengan kejumudan untuk tetap dianggap waras ditengah sosial yang tak lagi bisa membedakan sarkas.

Panggil aku murtad karena memilih Black Sabbath dari pada khotbah ustad yang menghalalkan kebencian bersemayam pada ayat dan berkarat.
Mulut sampah plastik.
Mata buram pandang.
Telinga bising dusta.
Nalar perwakilan dogma.
Pelacur dosa pahala.
Membeli dengan bangga.
Genggam persegi cahaya.
Hirup hitam udara.

Mati bukan takdir namun hidup makin kikir.
Terngiang kembali jargon "dibina, atau dibinasakan".
Jelaskan sebuah ketidak jelasan.
Untuk kehausan homogen. 
Mengakhiri sebuah awal.
Mengawali hari akhir.
Menyeringai disudut dan terdiam.
Namun tidak mati api ku satu.

Rapalan mantra ini menjelma sebuah kalam profan.
Dengan setiap tangan menghunus langit menghujam awan.
Membunuh keangkuhan tuhan-tuhan yang akan mati oleh pemberontakan zaman.
Takkan terbendung setiap geraman.
Takkan lagi terdiam di kenyamanan.
Menghidupi hari hari yang bias oleh amarah tertahan.
Tersekap ribuan awan pekat jalanan.
Kan ku susuri kembali waktu yang terpatri oleh kemalasan diri.
Muak akan setiap janji bertubi dengan kehampaan menanti.
Sujud dan doa yang tak lagi menemani.
Berhenti berharap atas ketidakpastian diujung jalan, serupa kutukan.
Wajah- wajah yang akan berpaling dari janji tuhan.
Aku tak sendiri diruang sempit ini dan suatu hari semua sabda tak kan lagi di amini.
Ditengah malam disaat semua orang mengeluh dan menangis subversiv dengan tangan mereka disaku.
Tidak akan terlintas rasa kantuk sebelum sinar mentari padam. 
Tidak perlu otot disaat memiliki semangat dalam setiap jantung tertanam.
Api

Mologar

Popular tracks