11. Pangalo! - Ribak Otorita

03. Pangalo - Ibu

Pangalo, Tuan Tigabelas, Insthinc & Rand Slam

06. Pangalo - Kweiya Ft. Tuan Tigabelas, Insthinc, Rand Slam

Pangalo! - "Pemenang"
Lyrics written by: Pangalo!
Music written & engineered by: Pangalo!
Recorded at: Sibolis Studio, Parapat, 2017
Mixed and mastered by Densky9 at Dens Lair, Bandung, 2017
Contains a portion of Guitars Freestyle performed by Anonim

Lirik:
Bagian 1:
Diriku berjalan dalam kelamnya temaram ingatan, langit penuh bintang mengajak otakku menghayal, kumelayang dengan sayapku yang timpang, kumenimbang banyang banyang saat ibuku menimang versi kecilku yang periang, senyum ibuku yang kupandang kala dirinya memasak tangisan bagai garam, penawar harapan yang hilang. Ayahku pun pulang dengan nasib yang berulang, punggung letih karena hutang, ia menggali tutup lubang. Tengah malam kuamati, sisah nasi yang telah basi pura-pura ia nikmati demi anak juga istri, demi kasih dalam hati, ia hadapi hari-hari dengan jas yang tak berdasi, ia membujuk si rejeki. Kadang hidup ini macam tai, sesuatu yang kau cari kadang pergi bersembunyi, kadang menampakkan diri tapi tak bisa diraih. Namun ayahku berani meski harus berkelahi dengan takdir sang ilahi. Dan kini diriku pun berpikir, dunia ini milik pemenang, pengecut haruslah menyingkir. Kuingat ayah ibu yang selalu mengusir kata “menyerah” dari jalan yang mereka ukir.

Reff:
Mengukir dan menjalani, melawan dan mencintai
Masa depan yang kau pandang tak punya belas kasih.
 
Bagian 2:
Ayah mencoba kerja ini, kerja itu, banting ini, banting tulang dan bahu. Meniti karir dalam luka bersama ibu, tak akan sembuh luka itu bila kau ragu. Dengan keringat yang mendidih perlahan semakin maju, apa yang dia tuju kini datang padaku. Bukan soal uang tapi semangatnya berjuang, saat orang bilang kau tak miliki peluang, ambil pentungan, kejar ketidak-mungkinan hingga dirimu menjadi pemenang, dari wayang jadi dalang. Terkadang arus masyarakat memaksamu jadi garang, menerjang setiap kerikil penghadang, lalu sekarang, ayahku menjaga gawang, agar aunganku tak terdengar sumbang, ku menolak jadi anak bawang dan bila hidup ini adalah sebuah ajang akan kupastikan diriku menjadi pemenang.

Reff 2:
Mengukir, mencintai, menata segala rasa lelah tuk bangkit kembali
Merangkai hari dan merajut mimpi, hasratku tak kenal berhenti.

Pemenang

Pangalo! - Pemenang

Pangalo! - "Badut"
Lirik ditulis oleh: Pangalo!
Tag/font oleh: @28gramsv
Gambar Sampul oleh: @nantaoke
Gambar Teaser Nietzsche diwarnai oleh: @andrenaline_katarsis
Musik dan aransemen dibuat oleh: Pangalo!
Direkam di Studio Sibolis, Parapat, 2017
Mixmaster oleh: Densky9 di Dens Lair, Bandung, 2017
Komposisi beat mengandung "To Love Somebody" oleh: Nina Simone
Diproduksi oleh: Maratonmikrofon Records

Lirik:
(Bagian 1)
Aku pilih jalan setapak tuk berontak
Berteman sunyi ketimbang menjadi budak
Dan hari ini, diriku tak lagi, menggali-gali, jurangku kutimbun lagi
Telah lama kuterhanyut dalam mimpi
Kecamuk filosofi, dusta ideologi, berganti-ganti, mati lalu lahir lagi
Hingga akhirnya perlahan semua kupahami.
Sudahlah, pulanglah, langkahmu kini semakin lelah
Lupakan saja!
Apa yang membuatmu percaya bahwa hidup ini punya makna?
Tanya agama, mereka sering berdusta
Tanya negara, mereka sama busuknya
Kau diperdaya, lukamu dibalut luka
Atau jangan-jangan Tuhamu sedang bercanda:
Sembari tertawa, ia ciptakan manusia.

Reff:
Dan kini aku berlari
Berlari dari semua ini
Dan kini aku menari
Menari-nari sampai mati

(Bagian 2)
Beribu teori telah kulahap dari buku
Kian kemari buku itu melahapku
Aku jadi badut, apapun sudah kuanut
Seperti pengecut, menjadi diri sendiri, aku takut
Kalang kabut, hidupku tak pernah lurus seperti jembut
Jalanku benang kusut
Serupa peler mengkisut, kehendakku telah absurd
Melihat laut, semangatku diterpa ombak langsung hanyut
Oh, kiniku mengaku: selama ini kumenjadi paku ketimbang palu
Tampang serdadu, nyaliku seperti babu
Teriak “Revolusi!”, ada bangkai dimulutku
Paru-paruku menelan candu, tak tahu malu
Ingin beradu namun langkah menjauh
Perlahan semakin jauh, bersembunyi dalam ketiak ibuku
Kini kusadar, diri sendirilah musuhku
Oh, apa masih ada waktu menghapus masa lalu
Mengganti diri menjadi yang baru
Tolong, cerahkan aku, dengarkan rimaku
Apakah semua ini berasal dari janji yang palsu
Kutuliskan lagu ini bukan untuk dirimu
Namun untuk menampar mulutku yang telah bau, sudah terlalu bau
Aku tak tahu, apakah ini lagu terakhirku

Pangalo! - Badut

Hai. Lagu ini boleh dinyanyikan siapa pun, yang ga suka polusi dan zat toxic sejenisnya. Nyanyikan dengan lantang dan ramai.

chord

Do=B

B B B B7
E Em B.. B.. F#7

B B B B7
E Em B.. B7..

C#m F#7 B
G# C#m F#
D#m G#
C#m F#7 B

Do=A
A A A A7
D Dm A.. A.. E7

A A A A7
D Dm A.. A7

Bm7 E7 A
F#7 Bm7 E7
C#m7.. F#7
Bm7.. E7.. A

G - Polusi

Gitar oleh Holong 

Lirik:

Chorus
Aku melihat air mata dari pedangang kaki lima
Oh, seandainya saja, itu air mata bisa dijual, mereka kaya

Verse 1
Menerima kenyataan bahwa hidup tidak adil adalah lelucon. Kemiskinan struktural muncul sejak pemerintah tak bisa disangkal, kebijakan sakral, kau sekrup kapital bila tak miliki modal. Bangun pagi-pagi, semangat kerja kejar mimpi, itu hanya mimpi, iming-iming kesempatan perihal hidup yang mapan dan berkecukupan ditawarkan dalam bentuk kredit bunga tinggi.
Lalu kau berdoa kepada tuhan, tuhan bilang 
“Nanti coblos partai ini, bila dia terpilih maka akan kuhadirkan surga dalam bumi” tapi kenyataan kau malah dipukul pak polisi saat kau menagih janji pada kekuasaan yang korupsi. Mengharapkan keadilan dalam negeri para tiran, kau harapankan kebebasan, yang kau dapat penindasan.

Chorus
Dan aku mendengar jerit tangis, suara para petani yang tak kau gubris.
Karena terlalu besar suara mesin-mesin hingga gendang telingamu tuli

Verse 2

Kita korban perampasan, bukan hanya lahan tapi juga pemikiran, coba kau pikirkan, itu hutan digundulkan, sawah jadi tambang, hotel dan pusat perbelanjaan. Petani kini jadi kuli di perkotaan, dulu memiliki rumah kini menyewa kontrakan. Apakah esensi sebuah kemajuan selalu hadir dari hiruk pikuk pembangunan? tidak. Maju atau tidak yang penting tak jadi budak. Dunia yang serakah ini membuat muak, 
kukisahkan ini nanti pada anak dan cucuku, masyarakat anarki telah menunggu.

pangalo-marsina

terrorrabbit