Jatuh Bangun - Meggy Z (puisi cover)

piano; Yiruma - My Memory
--

Masih kepada nama yang sama
Puisi ini tertulis begitu saja
Ingin sekali menyuarakan kerinduan yang sekarat
Tak mampu terlelap tenang, justru mengisak hebat

Pula malam semakin meninggi
Dan aku tahu langitmu telah pagi
Mengingat bagaimana dulu kita berdua menghitung waktu
Berharap jarak kian terkikis oleh doa-doa kau dan aku

Kepala ini mengenang ribuan tentang 
Melukis pula ciumanmu di bibirku dengan tenang 
Hangat peluk yang terakhir kumiliki
Serta harum tubuhmu yang masih melekat di tubuh ini

Masih terlalu segar tentangmu kuingat
Sehingga kerinduan tak pernah menyentuh penat
Apalagi melupakanmu
Tidak akan berani aku!

Maaf jika malam ini namamu yang terlalu bersemangat menggoda kesedihan
Sehingga aku berangan memelukmu dalam puisi tanpa enggan
Aku hanya tidak ingin menangis
Dan kembali meminta cintamu dengan mengemis

Sebab hanya dalam puisi,
Dirimu masih kumiliki..

Kerinduan dalam Puisi

Kantoi - Zee Avi (Cover)

I cover this the way The Vuje sang, check this for their performance [[ https://www.youtube.com/watch?v=-kEX_ZY0KQ0 ]]

the lyrics are a poem by @hurufkecil ^^ 


Hukum Kekekalan Tawa (Cover)

Kisah Hujan di Tepi Jendela - puisi by @9ulamerah

--
yang paling merindukanmu ialah malam malam paling sepi, di mana puisi selalu lumpuh menghadirkanmu sekali lagi. setelah kepala berulang kali menyadarkanku yang sendiri, bahwa kau tak mungkin kembali.
perpisahan yang kau tulis di antara kita, ialah puisi terakhir yang seharusnya menghias dinding kita. tidak perlu lagi ada nyeri yang kujaga di dada kiri. sebab, kau pergi demi tak menyakiti (katamu). tetapi hal yang tak pernah kau ketahui, kebahagiaan selalu berasal dari keberadaanmu, sayang. pula kesederhanaan kisah kita yang dilukis baik oleh Tuhan.
aku tau kau mencoba menutup telinga, menjadi tuli di depanku yang memanggil manggil cinta. aku tau kau mencoba menutup mata, seakan buta melihatku kuyup oleh air mata. aku tau kau berusaha melawan debar hatimu yang masih sama, demi kebaikan kita berdua.
aku tau sayang…
ada kalanya saling mencintai belum tentu saling memiliki. ada kalanya kita harus sama sama pergi demi kebaikan diri sendiri..
tetapi kau, yang pergi; menyisa perih paling pedih. kaulah air mata pada tiap malam yang kujaga. aku tau ini yang baik untuk kita. tapi aku terlalu buta oleh kebahagiaan kita, sehingga satu satunya hal paling masuk akal bagiku ialah kau kebahagiaanku. tak ada yang lebih dari itu.
aku tak pernah menagihmu apa-apa.
kecuali cinta untukku kau jaga.
biar kau pergi, untuk kelak kembali.

Untuk Kelak Kembali

sebuah puisi yang saya tulis setelah menyelesaikan serial "Gadis Kretek" dan terpukau dengan keseluruhan cerita yang dihadirkan, serta bagaimana pemerannya memberi napas di dalamnya. 

kekaguman yang pada akhirnya mendorong saya untuk mengapresiasi dengan menulis sebuah puisi tentang kisah Jeng Yah dan Raja ini semoga dapat diterima baik oleh para pembaca. 

terima kasih, ya. semoga kalian berbahagia selalu :)

credit backsound: 
https://www.youtube.com/watch?v=VUd4hqDzQNk

Mengapa Kita Tidak Bersama

guitar: @seniartkunst
-
Tak sempurna kutulis nama kita 
Sebagai penghias debar renjana
Rindu dan cinta
Nama lainnya saja

Ternyata kisah tak ingin kita berlama lama
Berbagi segala tawa yang terluka
Meniti warna di gelap sang durja
Malam dan pagi, atau bahkan senja

Seharusnya kita mampu saling berbagi
Bukan saling menyalahi
Tetapi ternyata luka terlalu api
Dan aku tak bisa lagi

Kujejaki pergi ini
Melarung sedih sedih di tepi puisi
Menyisakan air mata sebagai memori
Dan mencintaimu di masa yang terlewati

Sudah,
Aku pasrah
Aku menyerah
Dan pada kita aku kalah.

Pada Kita Aku Kalah

Puisi ini dibacakan di salah satu radio Makassar(@iradiomakassar)
--
[Tanpa Judul]

Aku ingin tetap menjadikanmu hangat yang tak lepas lepas dari lengan 
Seperti tubuh yang pernah saling merengkuh
Menghapus dingin dingin malam kita yang terpaut kian jauh 
Dan tak sekalipun mengakui perpisahan

Aku ingin memilikimu lebih dari mimpi mimpi biru 
Lebih dari puisi kita yang menuliskan doa doa haru 
Atau melebihi batas yang dimiliki waktu

Aku ingin kita
Tak mengenal yang lain selain bahagia
Selain saling mencinta,
Tanpa tanda tanya.

Aan Mansyur Reads My Poetry

Wherever You Are

sebuah puisi tentang lara;
tentang sepasang yang selalu berperang. 
tentang kisah yang baiknya berpisah.
tentang kita, yang tak lebih dari luka..

Kita Adalah Luka

92; mempuisikan.tumblr.com
(backsound: fix you-coldplay)

suatu malam
tuhan menjatuhkan mendung
di abu-abu lengan langit
sedang gemintang bersembunyi
diam dalam bisunya sendiri
ketika kita,
berusaha mencari-cari

tetapi, tanpa sadar
gumpalan pijar-pijar yang di langit tiada
justru kutemukan pada sepasang lenganku
yang tak berani meminta
memelukmu

sementara kau tetap sibuk
mengajakku melanjutkan perjalanan 
tanpa mencari-cari yang tiada;
bintang dan apapun yang bersembunyi
di pelukan angkasa

keberanianku sebatas menatapmu
saat kerinduanku mulai tumbuh satu-satu
ketika kita saling bertatap
membicarakan matahari di malam hari
apakah ia,
bintang?
atau bukan bintang?

matahari itu bintang, sayang.

tapi tak kuakui.

sebab di kejauhan matamu
aku menemukan sebuah angkasa
yang menyimpan gemintang terluas
melebihi malam itu;
ketika tuhan melukis mendungnya

—ketika tubuhku memelukmu 
diam-diam
dalam-dalam
dari jarak 
yang tak menyentuh tubuhmu.

Angkasa di Matamu

Kepadamu yang telah kucukupkan doa-doa, jauh sebelum sauh kulabuh, tidurlah sebab aku juru dongeng, terjagalah bila aku denting lonceng gereja, atau riuh azan pagi di tingkap atapmu. Akulah biduk itu, Sayang, dengan pongah kuredah laut, kutegah segala nujum musim—selamat aku ke dermaga kau juga. Sedang angin ribut sibuk melukai tubuhnya sendiri.

Surat yang baik hati ini (sebab tak ia lukai kata-kata di dalamnya), telah kukirimkan di musim bulan penuh, di tubuh laut, maut serupa anak kecil di gendongan ibumu; betapa ia dekat dengan tangisannya sendiri. Kutulis suratku sambil mengingat ciuman yang kau janjikan itu; berlayarlah cintaku, dermaga yang beraroma garam ini adalah sepasang bibirku, kait talimu adalah pagutan kita. 

Bacalah suratku dengan sedikit hati-hati—dengan sepenuh hati; apa yang tidak dapat diterjemahkan kata, adalah yang mudah diterima makna. Aku ingin kehilangan kau sekali lagi, seperti perpisahan yang membuatku menulis surat ini.

 Dan selamanya, lukaku adalah upaya menyembuhkan kesedihanmu.

Surat dari Sauh Jatuh - puisi by Faisal Oddang

Sebuah Amin yang Menunggu Doanya Dibaca - puisi by @rawina_0

Deteorisasi Hepatalgia by @wiranagara

backsound: https://www.youtube.com/watch?v=U8GpkbmNKtQ
poem: http://mempuisikan.tumblr.com/post/113814481667/108
 --
Aku Bisa Begitu Egois Mencintaimu.

suatu hari, ketika aku goyah dan ingin pindah
akankah kau menjadi sepasang lengan
yang menahanku dari perpisahan
akankah kau menjadi bibir yang berkata-kata
mengingatkanku betapa kita pernah saling mencinta

suatu hari, ketika aku benar harus tiada
mungkinkah perjalananku kembali mencarimu
dan kau tetap menunggu
mungkinkah kerinduanku lagi-lagi mencintaimu
dan kau masih tabah tak berubah

suatu hari, ketika kau dan aku bukan kita
apakah matamu akan masih sama
melihatku penuh cinta tanpa tanda tanya
memujiku penuh puja tanpa mengucapkannya
apakah masih bisa kulihat semua itu
jika kita kembali bertemu, membagi bisu

jika kelak suatu waktu menyakiti salah satu dari kau dan aku
siapakah dari kita berdua yang akan memaafkan terlebih dahulu
siapakah yang pertama mengatakan penyesalan dengan sebuah ciuman
jikalah itu kau
mungkinkah aku yang egois ini akan lelah dan luluh?

tetapi, sayang,
pada saat kau yang memilih untuk pergi
lebih dulu sebelum keputusanku
maka tak akan satu langkah kakimu pun aku biarkan
untuk menjauh, menyelesaikan kita sebelum membagi tubuh
maka peluklah aku,
sebelum perpisahan benar-benar memintaku

Aku Bisa Begitu Egois Mencintaimu

backsound; https://www.youtube.com/watch?v=TPCT1JtlDxc
poetry; 127 http://mempuisikan.tumblr.com/post/134141648547/127
--
hari ini udara terasa lebih tebal dari biasanya
kepalaku memutar ulang tentangmu
berkali-kali hingga sampai di tahap tak mampu lagi
hingga bantal tidurku basah
hatiku tak ingin pula berhenti menyakiti diri

aku mendengar kata-katamu di telingaku
sekali lagi
betapa kau tak pernah ingin menyakiti
hatiku

dinding kamar seperti ikut menahan perih
pucatnya sama seperti kerinduan yang
perlahan kehilangan napasnya
sementara kau masih begitu nyata di kepalaku
sebagai memori dan suara yang begitu indah
juga kesedihan yang begitu parah

aku melihat tatapan matamu dalam mataku
sekali lagi
betapa dalam kau mengaku mencintaiku

tetapi, kekasih,
hari ini aku tidak mengerti semuanya
tentang kata-kata dan tatapan matamu
yang dulu
pernah begitu hangat memelukku
tetapi kini
membeku seperti musim akhir tahun

aku tidak mengerti
mengapa harus kau berjanji
jika berakhir kau ingkari?

Aku Tidak Mengerti

poem: mempuisikan.tumblr.com
music: https://www.youtube.com/watch?v=A1M0oEyoXIY

133; jika waktu dapat kupetik dan kusimpan, akan kurakit lemari besar yang tingginya melampaui kerinduanku. di sana, kusimpan lebih dari seribu masa. lilin-lilin kunyalakan dengan hal yang kausebut harapan. kemudian kusiapkan hatiku menunggu tanpa bertanya.

tetapi tak satu jarum jam pun mampu menipu sepasang mata dan telingaku. aku mendengar detiknya lebih jelas dari bunyi langkah kedatanganmu, dan kulihat lajunya lebih lambat dari sepasang lengan yang menjauh. tak pernah kukira penantian begitu lumpuh di hadapan tabahku.

bagiku, kau hanya perlu sekali saja berlalu, dan meminta kita tetap ada selama aku menunggu. sementara aku meratap rindu, langit di atas sana sering menjatuhkan hujan. ia menyentuh dua perasaan yang berbeda. di tempatku, basahnya luruh tanpa memadamkan kerinduan panjang yang membakar. di tempatmu, ia menetes deras tanpa membiarkan kau mengingatku.

andai aku mulai kehilangan arah, bukankah seharusnya kau menuntunku sekali lagi?

atau jika telah kautemui hati terbaik yang tulusnya melampaui penantianku; yang rindunya jauh lebih tua dari tahun-tahun kerinduanku; yang cintanya memahamimu melebihi siapapun termasuk aku, katakanlah.. sebab tak ada yang lebih kusyukuri, dari embus kabar pembawa kepastian sepasang hati

Kabar Kepastian

Puisi ini saya bacakan bersama Rachmat Hidayat yang bisa kalian temukan di Twitternya @rachmathidayaat dan Soundcloudnya https://soundcloud.com/rhmustamin :) 

Puisi: Tidak Ada New York Hari (hal 14-17), Aan Mansyur. 
Musik: Isolation - Lucas King; https://www.youtube.com/watch?v=A1M0oEyoXIY 



Ketika Ada Yang Bertanya Tentang Cinta - puisi by @hurufkecil

music: feelings https://www.youtube.com/watch?v=LYDBTYXLAdM

Sono Il Tuo Amore

Sebuah kolaborasi bersama Ariqy Raihan dengan judul: Padamu Aku Ingin Menemukan Segalanya.

Padamu Aku Ingin Menemukan Segalanya - Ariqy & Ivanasha

Tulisan ini dibacakan dari buku Hadiah Perasaan halaman 93
dengan judul yang sama.

Backsound:  Melancholy - AshamaluevMusic
(thanks to Rere for this music!)
https://www.ashamaluevmusic.com

Dalam Sebuah Pergi

Sebuah kolaborasi karya bersama Zhafir Akalanka.

Seseorang Sepertiku - Zhafir & Ivanasha

sebuah kolaborasi karya bersama Ariqy Raihan. 
puisi berjudul sama dapat dibaca di wattpad:
https://www.wattpad.com/story/159344276-dua-nama

Percakapan Jarak - Ariqy & Ivanasha

tulisan karya Ariqy Raihan dari buku Aksara Hujan.
musik: AshamaluevMusic

Jarak - Ariqy Raihan

Sebelum Hari Pernikahanmu

Dan Malam Pun Tiba - Puisi Joko Pinurbo

Jika Untukmu - Tha @puisiliar_

Rindu dan Renjana

suatu hari pada pukul 00:26

Hadiah Perasaan (mediakita, 2018)

„luka tidak memiliki suara,
sebab itu air mata jatuh tanpa bicara."

Instagram: _lieb

Twitter: @mempuisikan
Wattpad: mempuisikan

@mempuisikan

Popular tracks