Saat membaca naskah ini bersama Fairuzul Mumtaz, aku sedang sangat marah. Ini kami baca sebelum menikah. Sekira tahun 2011. Saat itu malam Minggu. Aku melajukan Casimira, motorku ke Radio Buku. Kami ngambek, tapi malah disodori naskah drama. "Rekaman yuk" ajaknya. Maka aku membaca sekilas, langsung take. Jadilah ini, selamat menikmati. 

Pernikahan Perak (Dramatic Reading)

Dibacakan dari beberapa bagian Gadis Pantai, karya Pramoedya Ananta Toer.

Dibacakan oleh Nadia Aghnia Fadhillah.
Mix dan editing oleh Fairuzul Mumtaz.
Direkam di Radiobuku.

Aku masih begitu muda ketika membaca ini, jadi masih sangat banyak kesalahan di sana-sini.

Gadis Pantai - Pramoedya Ananta Toer

Sebuah rekaman tulisan pencarian diri sendiri.
Ditulis dan dibacakan oleh Nadia Aghnia Fadhillah.
Direkam di Radiobuku.

---

Aku.

Aku lahir beberapa hari setelah Nelson Mandela dibebaskan. Setelah dipenjara selama duapuluh tahun lamanya. Karena ia memperjuangkan kesetaraan hak asasi manusia. Pembebasan Nelson Mandela menandakan bahwa perlawanan bisa dilanjutkan, bahwa apartheid mungkin dihapuskan. Aku lahir ketika Afrika Selatan diliputi harapan berbuncah-buncah. Harapan akan masa depan yang lebih baik bagi kulit hitam. Harapan akan masa depan yang terbuka lebar.

Aku lahir ketika Eropa sedang mengalami eforia pasca runtuhnya Tembok Berlin. Tembok yang membagi Jerman menjadi dua: German Barat dan German Timur. Tembok yang membagi Eropa menjadi dua: sosialis dan kapitalis. Tembok yang memenjarakan masa lalu dalam perang saudara tanpa akhir atas masa depan yang lebih baik. Runtuhnya Tembok Berlin merupakan simbol runtuhnya sebuah penjara besar bagi rakyat Eropa. Eropa bersatu. Menyatukan masa depan mereka. Aku lahir ketika eforia akan harapan membanjiri Eropa. Harapan akan kemajuan Eropa di masa datang. Harapan akan sosialisme dan komunisme bersisian. Harapan akan kedamaian tanpa perang.

Tepat pada saat itulah aku lahir. Ketika harapan-harapan menjadi pandemi global. Ayah Ibuku memberiku nama Nadia tanpa alasan. Keduanya tak paham isu global. Tapi sesungguhnya Tuhanlah yang menuliskan nama dan takdir bagiku.

Nadia dalam Bahasa Rusia berarti Harapan. Harapan akan dunia yang lebih baik. Harapan akan dunia yang lebih setara. Harapan akan dunia yang lebih memanusiakan manusia. Harapan akan masa depan impian. Barangkali ini yang dinamakan takdir.

Aku, Arti Nama Nadia

Puisi Wiji Thukul yang berjudul Ayo Kita Tebakan!

Dibacakan oleh Nadia Aghnia Fadhillah.
Direkam di Radiobuku.

Ayo Kita Tebakan! - Wiji Thukul

Puisi Pulanglah Pak, karya Fitri Nganti Wani. Dalam buku kumpulan puisi Aku Ingin Jadi Peluru, Wiji Thukul.

Dibacakan oleh Nadia Aghnia Fadhillah.
Mix dan editing oleh Fairuzul Mumtaz.
Direkam di Radiobuku.

Pulanglah Pak - Fitri Nganti Wani

Dibacakan dari novel Surat Panjang Tentang Jarak Kita yang Jutaan Tahun Cahaya, karya Dewi Kharisma Michelliaa, halaman 11-13.

Dibacakan oleh Nadia Aghnia Fadhillah.
Mix dan editing oleh Fairuzul Mumtaz.
Direkam di Radiobuku.

Surat Panjang Tentang Jarak Kita yang Jutaan Tahun Cahaya - Dewi Michellia

Dibacakan dari puisi Sajak untuk Gadis Bermata Lembut, karya Sabiq Carebesth.

Dibacakan oleh Nadia Aghnia Fadhillah.
Diiringi alunan gitar oleh Ridho'i Ronal.

Sajak untuk Gadis Bermata Lembut - Sabiq Carebesth

Dibacakan dari cerpen Seribu Kunang-Kunang di Manhattan, karya Umar Kayam.

Dibacakan oleh Nadia Aghnia Fadhillah.
Direkam di Radio Buku.
Dalam pembacaan bersama Braille'iant Jogjakarta.

Seribu Kunang Kunang di Manhattan - Umar Kayam

Dramatic Reading - Bagian Pertama
Domba Domba Revolusi karya B Soelarto.

Nadia Aghnia Fadhillah sebagai PEREMPUAN
Mas Soleh sebagai PENYAIR
Sutradara - Fairuzul Mumtaz
Direkam di Radiobuku

Belum di-mix dan diedit.

Domba - Domba Revolusi, Bagian Pertama - B Soelarto

Jawaban Alina atas Sukab: Sepotong Senja untuk Pacarku - SGA (Dibacakan oleh @nadanakaneh)

Surat Panjang Tentang Jarak Kita yang Jutaan Tahun Cahaya - Dewi Michellia

nadia aghnia

Related tracks