SISITIPSI adalah sebuah band dengan enam personil yang terbentuk pada Maret 2014 di Jakarta, Indonesia. Gaya bermusik yang terinspirasi dari sound 50's hingga 80's, dipadukan dengan bossa nova, samba, swing, bluegrass, country, dan jazz.

Band ini terdiri dari Fauzan Lubis, Rian Rahman, Eka Wiji Astanto, Hendar Dimas Anggara, Amoroso Romadian, dan Aditiya Rahman. Pada 7 Maret 2015 mereka merilis album pertama dengan judul 73%.

73% by Sisitipsi is out now!!
Email : sisitipsi@gmail.com
CP : (Amir) +62 81283789778

Libertaria adalah Kill the DJ dan Balance, duo musik elektronik dari Yogyakarta.

Ilalang Zaman adalah band politis multigenre yang beranggotakan Sabina Thipani (vokal/gitar), Erda Kurniawan (vocal/bass), dan Yab Sarpote (perkusi/drum). 

Para personel Ilalang Zaman mulai bermusik sejak sekitar 2010 dan resmi menggunakan nama Ilalang Zaman pada akhir 2012. Pada tahun 2013, Ilalang Zaman – bekerja sama dengan beberapa musisi lain dan penyair – menelurkan sebuah mini album kompilasi bertajuk ‘Tanah Borneo’. Mini Album Tanah Borneo diusung secara mandiri oleh semua pihak yang memiliki keprihatinan terhadap keadaan Borneo dewasa ini: kerusakan alam akibat perkebunan sawit dan tambang, tercerabutnya kaum pribumi dari ruang hidup dan akar budayanya, terpinggirkannya kearifan lokal oleh derasnya modernisasi dan industrialisasi ke tanah-tanah pribumi.

Ilalang Zaman menciptakan tembang yang mengangkat permasalahan sosial, antara lain:

Kritik terhadap media korporat dalam lagu “Persetan media” dan “Jurnalis Palsu”

Common sense dan kritik terhadap euphoria nasionalisme dalam lagu “Apa yang Kita Rayakan?” 

Penindasan dalam berbagai bentuk, seperti penindasan hasil kolaborasi Keraton-Korporasi atas ruang hidup rakyat di lagu “Sesaji Raja untuk Dewa Kapital”, penindasan dan eksploitasi di Borneo dalam lagu “Kalimantan – Takkan Tunduk, Akan Lawan” – Penindasan dan Pendudukan Israel di Palestina dalam lagu “Palestina”, serta penindasan di Papua dalam lagu “Jangan Diam, Papua.”

Nama Ilalang Zaman dipilih karena ia dinilai merepresentasikan gagasan yang diusung para personelnya dalam lagunya. Seperti ilalang dalam arti sebenarnya, gulma bagi tanaman mapan, Ilalang Zaman pun beritikad menjadi gulma bagi kemapanan di zaman mereka hidup.

Lagu-lagu Ilalang Zaman sendiri dibuat sebagai aliran tandingan bagi music-musik mainstream dewasa ini yang tidak lagi berbicara tentang derita sosial. 

Secara prinsipil, lagu ilalang zaman ditujukan pada tiga segmen: 1) Pada kelas bawah, lagu-lagunya cenderung berempati pada penindasan dan penderitaan yang mereka alami, mendorong semangat dan membakar amarah perlawanan 2) Pada kelas menengah, mendorong pertanyaan-pertanyaan reflektif dan kritis untuk melihat keadaan sosial 3) Pada kelas atas, melagukan protes, hujatan, cacian, amarah, pemberontakan.

Ilalang Zaman, baik melalui karyanya, saluran-saluran medianya, maupun keterlibatan langsung, baik sebagai individu yang bebas maupun sesuai kesepakatan kolektif antara personel, ikut bersolidaritas dengan gerakan-gerakan sosial antara lain gerakan “Save Borneo”, “Solidaritas Untuk Papua”, serta gerakan akar rumput mandiri “Forum Komunikasi Masyarakat Agraris", “Suara Korban Lumpur Lapindo” dan gerakan lain yang sesuai dengan ideologi masing-masing personel maupun atas dasar kesepakatan kolektif.

Kini Ilalang Zaman tengah menggarap album indie perdananya.

Untuk mengetahui dan mengikuti lebih jauh mengenai karya-karya, seruan-seruan perlawanan, gagasan, serta kegiatan Ilalang Zaman, silakan kunjungi:

http://www.facebook.com/IlalangZaman
https://twitter.com/ilalang_zaman
http://reverbnation.com/ilalangzaman
http://www.youtube.com/channel/UCbTRT_DgWDd-qRC_otmoLqg
http://www.kompasiana.com/ilalangzaman

Follow dan Like untuk Lagu-Lagu Terbaru Lainnya:)
Request Lagu di Kolom komentar;)

Bandung-based small record label, dedicating our efforts to promote local music and putting out dope records.

Riko Manday is following