Sholawat KUMPULAN SYAIR MAULID SEKUMPUL Abah Guru Zainuddin Abdul Ghani Martapura (256 Kbps)
Terima kasih kepada Keluarga Besar Bpk. Hartani di Dumai
atas bantuan akomodasinya.
Barokallahu lana wa lakum.
Semoga kebaikan Bpk. Hartani dibalas berlipat ganda dari Allah swt.

31 Januari 2024

Sholawat KUMPULAN SYAIR MAULID SEKUMPUL (256 Kbps)

Khutbah Jumat: Bergembira dengan Kelahiran Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam ini merupakan rekaman khutbah Jum'at yang disampaikan oleh Ustadz Abu Yahya Badrusalam, Lc. di Masjid Al-Barkah, Komplek Rodja, Kp. Tengah, Cileungsi, Bogor, pada Jum'at, 23 Rabiul Awal 1446 H / 27 September 2024 M.

Tautan: https://www.radiorodja.com/54526-khutbah-jumat-bergembira-dengan-kelahiran-rasulullah-shallallahu-alaihi-wa-sallam/

RadioRodja.com

Khutbah Jumat: Bergembira dengan Kelahiran Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam

Qasidah Burdah merupakan salah satu shalawat yang sangat masyhur di Indonesia. Syair ini berisi pujian terhadap Nabi Muhammad saw., pesan moral, nilai spiritual, serta semangat perjuangan. Qasidah ini sering dibaca dalam berbagai peringatan keagamaan, khususnya Maulid Nabi Muhammad saw. Selain itu, Qasidah Burdah juga menjadi bacaan rutin di pondok pesantren dan masyarakat Muslim sebagai bentuk kecintaan terhadap Rasulullah saw.

Penyusun Qasidah Burdah adalah seorang ulama besar, sufi, dan sastrawan yang sangat mencintai Rasulullah saw., yaitu Imam al-Bushiri. Dalam syairnya, al-Bushiri tidak hanya mengajarkan kecintaan kepada Nabi saw. tetapi juga mengingatkan umat Islam bahwa tanpa syafaat beliau, amal ibadah manusia tidaklah cukup untuk diandalkan pada hari kiamat. Pesan yang mendalam dalam Qasidah Burdah menjadikannya sebagai salah satu karya sastra Islam yang terus dibaca dan dipelajari hingga kini.

Imam al-Bushiri memiliki nama lengkap Muhammad bin Sa’id bin Himad bin Abdullah ash-Shanhaji al-Bushiri al-Mishri. Ia lahir pada tahun 609 H di desa Dalas, Mesir, dan tumbuh di daerah Bushir—yang kemudian menjadi nisbat namanya. Ia wafat pada tahun 696 H dalam usia 87 tahun dan dimakamkan di dekat makam Syaikh Abul Abbas al-Mursi di Iskandaria, Mesir. Dari kecil, al-Bushiri sudah mendapatkan pendidikan agama yang kuat dan memiliki kecintaan yang mendalam terhadap ilmu pengetahuan.

Semangat al-Bushiri dalam menuntut ilmu membawanya menjadi ulama yang alim, sufi, dan juga sastrawan. Karya-karyanya mencerminkan kedalaman ilmunya, antara lain al-Hamziyyah, al-Haiyyah, al-Daliyyah, Qasîdahtul Mudhriyyah, serta Tahdzîbul Fâdil A’miyyah. Namun, karyanya yang paling terkenal adalah al-Kawâkibud Duriyyah fî Madhi Khairil Bariyyah, yang lebih populer dengan nama Qasidah Burdah. Qasidah ini telah banyak disyarahi oleh para ulama, di antaranya Syekh Ali al-Qari dan Imam al-Baijuri.

Lahirnya Qasidah Burdah berawal dari pengalaman spiritual Imam al-Bushiri saat menderita penyakit lumpuh. Dalam keadaan tidak berdaya, ia menuangkan kecintaannya kepada Rasulullah saw. melalui syair. Suatu malam, ia bermimpi bertemu Nabi Muhammad saw. yang kemudian mengusap tubuhnya dengan tangan penuh berkah. Setelah terbangun, ia merasakan kesembuhan yang luar biasa. Kejadian ini membuat Qasidah Burdah semakin dikenal luas dan diyakini memiliki keberkahan bagi yang membacanya.

Sejak saat itu, banyak orang membaca dan mengamalkan Qasidah Burdah, bahkan menjadikannya sebagai wasilah untuk berdoa dan memohon syafaat Rasulullah saw. Imam al-Baijuri menjelaskan bahwa keberkahan Qasidah Burdah bukan karena lafal-lafalnya, tetapi karena tawasul kepada Rasulullah saw. yang termuat dalam bait-baitnya. Hal ini juga ditegaskan oleh Syekh Ali al-Qari yang menyebutkan bahwa Qasidah Burdah dapat menjadi media doa agar segala hajat dan kebutuhan dikabulkan oleh Allah.

Keistimewaan Qasidah Burdah terletak pada susunan syairnya yang tidak hanya memuji Rasulullah saw. tetapi juga menggambarkan kelahiran beliau, mukjizat Al-Qur’an, nasab keturunannya, peristiwa Isra’ Mi’raj, serta perjuangan jihad dalam Islam. Selain itu, qasidah ini juga mengingatkan umat Islam akan bahaya hawa nafsu dan pentingnya permohonan syafaat kepada Rasulullah saw. Pada bagian akhir, syair ini ditutup dengan doa dan pengakuan akan kelemahan manusia di hadapan Allah.

Hingga kini, Qasidah Burdah tetap dilantunkan sebagai bentuk cinta dan penghormatan kepada Nabi Muhammad saw. Pembacaan qasidah ini hendaknya dilakukan dengan penuh adab dan kesucian, sebagaimana mengagungkan sosok yang dipujinya. Dalam pengamalannya, biasanya diawali dengan pembacaan Al-Fatihah untuk Rasulullah saw. dan Imam al-Bushiri, dilanjutkan dengan shalawat, serta pengulangan beberapa bait tertentu yang mengandung doa dan munajat kepada Allah.

Burdah - Imam Bushiri | Yayasan Arraudhoh Dawuhan Utara

Bersama Menebar Manfaat, Membangun Kepedulian

New tracks tagged #MAULID