HARDCORE/PUNK RECORDS LABEL/DISTRIBUTION/MERCHANDISE
based in Central Java ,Indonesia

Semiotika adalah sebuah Band Instrumental yang terbentuk sekitar awal tahun 2014 di Jambi Indonesia. Di bentuk oleh 3 orang yaitu Riri, Bibing, dan Gembol. Awal mula terbentuknya band ini dari sebuah cafe yang mereka kelola sendiri. Dengan latar belakang music yang berbeda tetapi mempunyai satu misi menciptakan karya musik yang sama, Yaitu Instrumental.
Mereka mempunyai masing-masing referensi music diantaranya : Freakmentasi, Forbidden, Nista, My First Impression, UTBBYS, Barasuara, Pure Saturday, Sore, ((Auman)), Grey, The Trees and The Wild, The SIGIT, Toe, Mono, Explosion In The Sky, Sigur Ros, Tycho dan banyak band hebat lainnya.
Musik semiotika terinspirasi dari kehidupan suasana dan alam kota jambi. Mereka berharap dengan karyanya bisa  mewarnai ruang dan waktu bagi penikmat musik 

Di awal 2015 mereka sedang mengerjakan sebuah mini album yang sedang berjalan dan akan dirilis tahun ini.   

OperasiKumisKobra adalah band riset ilusif impulsif dari planet Neptunus yang interest terhadap prilaku moral/amoral manusia di llingkungan sekitar. Band beraliran listrik ini menggunakan tenaga listrik dalam proses kreasinya. Terimakasih pada Michael Faraday yang telah menemukan serta mengembangkan kegunaan aliran listrik, yang akhirnya bisa berguna bagi umat manusia.
OperasiKumisKobra adalah Yusuf Ismail adalah @UCxUP adalah Fluxcup
Serta dibantu oleh rekan-rekan @<a href="http://soundcloud.com/ferrynurhayat" rel="nofollow" target="_blank">Ferry Nurhayat</a> Iman S.A.F.A.R.I, Diany Mutant, TurisKota dan Orkes GUSIJANDA

Dengarkanlah OperasiKumisKobra, Band ilusif pelantun nada-nada enak dengan lirik frontal amoral



A music project that was initiated in 2004 by some guys from Bandung, Indonesia. You can order their second album (CD), titled “Elemental”, at records@sorgemagz.com

Contact:
085659045751
elementalgaze.off@gmail.com
Sorge Records.

"Electronic acts are a dime a dozen in the local scenes, every music geek with a computer and decent soundcard can (and most have) start calling themselves "electronic musicians". But frankly, most of them suck so badly that they'd be lucky to have careers recomposing top 40 songs as telephone hold music..."

"..Like many other genres, the musicians or acts that do stand out are the ones that dare to be a bit different and mix it up a bit. This is the case with Bandung-based Elemental Gaze, a band that deftly and creatively weds the ambient subgenre of electronica with the dreamy, contemplative, and guitar-heavy sound of shoegaze..."

"..The sound of Elemental Gaze is not a sound born out of reckless joy or a disregard for deep thought. It is a sound born in the deepest reaches of the human heart and mind; the dark little space in the back of our heads where grief, loneliness, confusion, and unrequited desires are processed. It is the sound of a sorrowful soul in the midst of healing itself. Their sound takes off from a rather dark place, but will almost always progress into a brighter place before finally ending."

- Paul F Agusta (The Jakarta Post)


Agoni adalah sebuah band asal Yogyakarta yang beranggotakan Fafa (Vokal/Gitar), Erda (Bass/Vokal) dan Dimas (Drum/Vokal). Secara harfiah, Agony/Agonia, dapat diartikan sebagai penderitaan yang luar biasa. Meski Agoni kemudian juga memaknai nama mereka sebagai penderitaan yang luar biasa, nama Agoni muncul sebelum personilnya menelisik sumber harfiah kata itu. Nama Agoni dipilih setelah Fafa rampung membaca sebuah tulisan milik ST Sunardi yang menyinggung soal tiga fase suasana batin: Agonia, Ekstase, dan Joy. Dalam tulisan tersebut, Agonia dimaknai sebagai kegelisahan mendalam yang belum mampu terungkapkan. Merasa bahwa lagu-lagu yang lahir dari band ini banyak membicarakan soal kegelisahan yang berujung pada penderitaan tak tertahankan, kata Agoni yang berasal dari konsep agonia itu pun terpilihlah sebagai nama.

Talamariam adalah makhluk fiksi. Sebuah kelompok yang mengklaim, musik dan puisi adalah tentang pembacaan hidupdan rutinitasnya. Bunyi dan kata yang kami buat adalah medium rasa. Entah marah, gentar, enggan, jijik, atau takjub. Tak ada yang patut menjelma niscaya, Kami bukan penyebar kisah-kisah teladan. Kami juga tak hadirsebagai dakwah panjang tentang norma, moral, benar dan salah. Sebab kebenaran adalah konsensus. Dan siapa yang berani menjamin tak ada dusta para penguasa dalam konsesnsus? dalam suara orang banyak? Semua yang keluar dari kami, entah itu bunyi atau rentetan panjang kata-kata, adalah peristiwa yang kami cerna dengan marah, takjub, jijik, gentar atau enggan. Atau kadang hanya mengejek diri kami sendiri, seorang pandir yang tak melakuka apapun dalam kemelut abad persimpangan.

I am an Indonesian poet living in the city of Yogyakarta, Indonesia

BassPlayer_SummerchildTrio GuitarPlayer_FinalMomentYk BassPlayer_BurningCatfish Alldint ADSOR_Tamsis 

Talamariam is following